Langit Gaza, Palestina, terang benderang akibat ledakan besar, ketika Zionis Israel terus melanjutkan serangan ke seluruh penjuru Gaza pada Selasa dini hari, 1 Juli 2025, waktu setempat.
Sedikitnya 109 orang dalam satu hari terbunuh. Jumlah itu termasuk 28 orang yang ditembaki oleh pasukan Zionis Israel ketika mengantre bantuan yang diatur oleh organisasi Zionis yakni Gaza Humanitarian Foundation.
Bahkan satu hari sebelumnya, Zionis Israel melakukan pembantaian di tepi pantai Gaza yang membunuh puluhan orang, termasuk anak-anak.
Serangan Zionis Israel ini kebanyakan dilakukan dari udara karena Zionis Israel selalu mengalami kekalahan dalam menghadapi perlawanan darat kelompok pejuang kemerdekaan Palestina.
Ironisnya, serangan Zionis Israel ini terjadi saat Presiden Amerika Serikat,
Donald Trump, menyatakan Israel telah setuju dengan persyaratan untuk gencatan senjata di jalur Gaza selama 60 hari ke depan. Pernyataan ini disampaikan Trump dalam platform media sosialnya, Truth Social. Trump menyatakan, Amerika Serikat berupaya untuk mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Namun di sisi lain, Trump masih kembali menegaskan dukungannya untuk rezim Zionis Israel dengan menyebut rencana kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Washington sebagai perayaan pada 7 Juli 2025 mendatang.
Sebelumnya pemimpin kelompok kemerdekaan Palestina Hamas, Mahmoud Mardawi menyatakan tidak ada perkembangan berarti dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza, karena rezim Zionis Israel yang keras kepala bersikukuh untuk terus melanjutkan agresinya di Gaza.
Netanyahu terus menolak gencatan senjata dan menolak untuk menghentikan langkah kriminalnya. Padahal Hamas hanya menawarkan dua hal untuk disepakati, yakni penghentian agresi dan dibukanya blokade Zionis Israel di Gaza.
Lalu, apakah gencatan senjata di jalur Gaza mungkin terjadi? Pengamat hubungan internasional, Tengku Reja Sah menilai gencatan senjata di jalur Gaza sangat kecil kemungkinannya.
"Optimisme itu ada ya, tapi pada tataran praktik itu sangat sulit dilaksanakan," ungkap pengamat hubungan internasional, Teuku Rezasyah.
Mengapa gencatan senjata di Jalur Gaza sulit terwujud? Pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah memiliki sejumlah alasan. Salah satunya terkait kebiasaan Zionis Israel melanggar kesepakatan hingga belum terbukanya dokumen draft kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza di muka publik.
Keraguan atas klaim Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan Zionis Israel sepakat melakukan genjatan senjata di jalur Gaza memang bukan tanpa sebab. Pasalnya, Zionis Israel pernah melakukan pelanggaran atas kesepakatan gencatan senjata tiga tahap di Jalur Gaza yang sebelumnya diumumkan Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, pada 15 Januari lalu.
Belum lagi baru-baru ini Zionis Israel meminta jaminan Trump untuk dapat kembali menyerang Iran. Padahal masih lekat dalam ingatan, gencatan senjata Zionis Israel dengan Iran belum lama terjadi.