Lemahnya Penegakan Hukum Picu Terulangnya Kecelakaan Kapal Laut

4 July 2025 15:20

Jakarta: Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyatakan bahwa lemahnya penegakan hukum menjadi penyebab utama terulangnya kecelakaan laut di Indonesia. Kritik ini disampaikan menyusul kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali baru-baru ini. Kapal tersebut ternyata pernah kandas pada Agustus 2022.

"Kasus KMP Tunu Pratama Jaya ini contoh nyata bagaimana penegakan hukum kita lemah. Kapal yang pernah kandas harusnya mendapat pemeriksaan ekstra ketat, tapi nyatanya tetap dioperasikan hingga terjadi kecelakaan lagi," ujar Agus dalam wawancara dengan Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Jumat, 4 Juli 2025.

Ia juga menyoroti sejumlah persoalan sistemik yang masih marak terjadi. Salah satunya adalah manipulasi manifest penumpang, di mana data jumlah penumpang kerap tidak sesuai dengan kenyataan.

Agus mencontohkan bus berkapasitas 40 orang yang dilaporkan hanya membawa 20 penumpang. Menurutnya, hal seperti ini seharusnya dapat dicegah melalui sistem daring yang dirancang untuk memverifikasi identitas penumpang.

Selain itu, praktik korupsi juga menjadi perhatian. Ia menyebut proses penerbitan KIR kapal seringkali hanya sebatas formalitas. Hal ini sangat membahayakan keselamatan pelayaran.
 

Baca: Polwan Banyuwangi Beri Trauma Healing Korban Kapal Tenggelam

Permasalahan juga ditemukan dalam inspeksi alat keselamatan di kapal. Ia mengungkapkan bahwa tempat perahu penyelamat kerap kosong atau bahkan berisi sampah. Sementara pelampung tidak dirawat.

Kondisi seperti ini seharusnya menjadi perhatian dalam pemeriksaan rutin sebelum kapal diberangkatkan. Ia mendesak tindakan tegas dari Dirjen Perhubungan Laut.

"Petugas yang lalai harus diberi sanksi tegas, kalau perlu dipecat. Lakukan inspeksi mendadak di pelabuhan-pelabuhan sibuk seperti Gilimanuk-Ketapang dan Merak-Bakauheni."

Sebelumnya, Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam di Selat Bali setelah berangkat dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu dini hari, 2 Juli 2025.

Ketika berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk, terdengar informasi di channel 17 untuk KMP Tunu Pratama Jaya meminta tolong dan mengalami kebocoran mesin kapal. Pada Pukul 00.19 Wita KMP Tunu Pratama Jaya mengalami black out.

Pukul 00.22 Wita KMP Tunu Pratama Jaya kapal evakuasi menginfokan ke LPS Gilimanuk bahwa untuk KMP Tunu Pratama Jaya sudah terbalik dan hanyut ke arah Selatan.

Hingga Rabu malam, 3 Juli 2025, total 65 orang tercatat berada di kapal tersebut yang terdiri dari 53 penumpang dan 12 anak buah kapal (ABK). Dari jumlah tersebut, enam orang dinyatakan meninggal dunia, 29 orang berhasil ditemukan dalam keadaan selamat, dan 30 orang lainnya masih dalam pencarian.



(Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Gervin Nathaniel Purba)