The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25% hingga 4,5% keputusan ini diambil dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada Rabu, 29 Januari 2025 waktu Amerika Serikat. Keputusan ini diambil setelah The Fed sebelumnya menurunkan suku bunga tiga kali berturut-turut, dengan total pemangkasan mencapai 100 basis poin.
Ketua Dewan Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa pihaknya masih akan menunggu perkembangan lebih lanjut terkait inflasi atau pelemahan pasar tenaga kerja sebelum memangkas suku bunga kembali. Saat ini, inflasi masih berada di atas target 2%, meskipun sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan.
"Ekonomi secara keseluruhan tetap kuat dan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Kondisi pasar tenaga kerja telah mendingin dari keadaan yang sebelumnya terlalu panas, tetapi tetap solid. Inflasi semakin mendekati target jangka panjang 2%, meskipun masih sedikit tinggi," ujar Powell dalam konferensi persnya dikutip dari
Headline News Metro TV pada Kamis, 30 Januari 2025.
Selain mempertahankan suku bunga, The Fed juga memutuskan untuk meninggalkan kelompok kerja yang berfokus pada kebijakan iklim global.
Dampak Terhadap Pasar Saham
Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga berdampak pada pelemahan pasar saham di berbagai negara. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) pada perdagangan pagi ini turun 1,16% ke level 7.082,92.
Keputusan ini juga bertolak belakang dengan keinginan mantan Presiden AS
Donald Trump, yang sebelumnya menginginkan suku bunga yang lebih rendah guna mendorong pertumbuhan ekonomi. The Fed sendiri diproyeksikan akan mempertahankan tingkat suku bunganya dalam waktu yang lebih lama, mengingat inflasi masih dalam tahap pemulihan menuju target yang diinginkan.
(Tamara Sanny)