Mengintip Nyumet Dung, Tradisi Menyalakan Petasan sebagai Penanda Berbuka Puasa

14 March 2024 11:06

Ada banyak tradisi unik yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia selama Ramadan, salah satunya di Semarang. Diawali dengan iring-iringan warak dan pemuda berpakaian adat Jawa, lengkap dengan tabuhan alat musik rebana dari Masjid Agung Semarang menuju alun-alun, pengurus Masjid Agung Semarang kembali menghidupkan tradisi Dung.

Tradisi Dung merupakan tradisi menyulut petasan sebagai penanda waktu berbuka puasa yang sempat hilang selama puluhan tahun. Kegiatan ini merupakan upaya merawat tradisi masa lalu yang pernah diwariskan para pendahulu sebelumnya.

Pemenangan baru ini tentu saja mengundang perhatian dari masyarakat yang tengah berburu takjil atau ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa di sekitar area masjid.

Sementara itu di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi, Jawa Timur. Di mana jemaah masjid bertadarus dengan menggunakan Al-Qur'an berukuran jumbo setiap usai melaksanakan salat tarawih. 

Al-Qur'an raksasa ini memiliki ukuran tinggi 200 cm dengan lebar 150 cm dan ketebalan 40 cm. Saking besarnya untuk membuka lembar demi lembarnya Al-Qur'an ini harus dilakukan oleh dua orang.

Al-Qur'an raksasa ini dibuat dan ditulis tangan oleh Haji Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Bustanul Makmur yang berlokasi di Kecamatan Genteng, Jawa Timur. 

Al-Qur'an raksasa ini dibuat menggunakan kertas khusus yang diimpor dari Jepang dengan spesifikasi anti rayap dan bebas jamur. Dalam pembuatannya Al-Qur'an raksasa ini menghabiskan waktu selama 6 bulan.
 

Baca Juga:

Menaker Segera Keluarkan Surat Edaran Agar Perusahaan Bayar THR


Sementara itu, Pemkab Pidie, Aceh, mengawali bulan suci Ramadan dengan menjalin silaturahim dengan para ulama dan umara sebagai panutan masyarakat Aceh. Hal ini dilakukan untuk meminta bimbingan guna mengantisipasi ancaman kultural globalisasi yang dapat mempengaruhi syariat Islam di Aceh.

Keutamaan bersilaturahmi ke tempat ulama juga bagian memperbaiki akhlak yang dapat mencegah segala kemungkinan yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan. Penjabat Bupati Pidie, Wahyu Adisiswanto mengatan kekuatan sebuah bangsa bukan terletak pada angkatan perang melain pada akhlak.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)