Jakarta: Bahasa yang kita gunakan setiap hari ternyata memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Sebelum dikenal sebagai bahasa persatuan, ibu dari Bahasa Indonesia telah tumbuh sejak beberapa abad lalu, yakni bahasa Melayu.
Dari prasasti Melayu kuno hingga bahasa persatuan
Bahasa Melayu yang digunakan beberapa abad lalu merupakan lingua franca—bahasa penghubung di kepulauan Nusantara, terutama di jalur perdagangan maritim sejak masa kejayaan Sriwijaya.
Bukti penggunaan bahasa Melayu sendiri dapat ditemukan pada beberapa prasasti di pulau Sumatra dan Jawa yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi. Di antaranya adalah Prasasti Kedukan Bukit (683 M), yang ditemukan di Palembang dan dianggap sebagai bukti tertua penggunaan bahasa Melayu kuno.
Kemudian, ada juga Prasasti Talang Tuwo (684 M), Prasasti Kota Kapur (686 M), Prasasti Karang Brahi (692 M), Prasasti Gandasuli (832 M) di Jawa Tengah, hingga Prasasti Bogor (942 M).
Seiring waktu, bahasa ini pun berkembang dan menyerap unsur asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Inggris, hingga Belanda. Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda mulai menata ejaan bahasa Melayu melalui Balai Pustaka.
Puncaknya, pada 28 Oktober 1928, ketika para pemuda dari berbagai daerah menyatakan dalam Sumpah Pemuda untuk “menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia." Pada 18 Agustus 1945, Bahasa Indonesia pun resmi ditetapkan sebagai bahasa negara dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Sejak saat itu, proses pembakuan terus dilakukan, mulai dari perubahan ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Republik (Soewandi) tahun 1947, hingga Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada 1972. Pemerintah lalu menetapkan Oktober sebagai bulan bahasa dan sastra Indonesia—dengan puncak peringatan setiap 28 Oktober, bertepatan Hari Sumpah Pemuda.
Dari prasasti kuno, Sumpah Pemuda, hingga era digital saat ini, Bahasa Indonesia terus hidup, tumbuh, dan menyesuaikan diri dengan zaman. Oleh karena itu, mari tetap bangga dalam menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik karena di setiap kata yang kita ucapkan, ada sejarah dan identitas bangsa di
dalamnya.
Saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di
Metrotvnews.com.
(Nada Nisrina)