Jakarta: Para penjahit seragam di Pasar Kopro, Jakarta Barat (Jakbar), terlihat lesu. Sepinya pembeli membuat omzet para penjahit turun 80 persen.
Hanya terdengar satu hingga dua mesin jahit saja yang masih menyala untuk melakukan bordir dan menjahit seragam sekolah atau seragam pegawai kelembagaan.
Salah satu penjahit, Yanti, mengeluh akan penurunan omzet yang sangat signifikan dari yang biasa didapatkan.
"Jauh banget menurunnya, Ya, bisa dikatakan 80 atau 75 persen penurunan. Jauh banget. 10 persen pendapatan paling kalau dibandingkan dulu paling sekarang 10 atau 15 persen itu didapat," ujar Yanti, dikutip dari Metro Siang, Metro TV, Jumat, 18 Juli 2025.
Yanti mengungkapkan saat ini dia hanya memperoleh Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per hari. Berbanding jauh dengan sebelumnya yang mencapai Rp300 ribu hingga Rp400 ribu.
Penurunan penggunaan jasa layanan jahit di pasar ini, salah satunya disebabkan karena beberapa sekolah telah menyediakan
seragam bagi para siswa yang diproduksi melalui pabrik atau konveksi.
Penjahit lainnya, Tono, juga mengeluhkan penurunan omzet yang dimulai sejak saat masa Covid-19. Berbeda dengan Yanti, Tono menyebut penurunan omzet ini juga dipicu oleh minat masyarakat membeli seragam secara daring.
"Soalnya kan gara-gara pas Covid-19 itu penurunannya lebih drastis ya. Kalau dulu kan ibaratnya dari pabrik, seragam-seragam pramugari, kantor juga ada. Sekarang mah nggak ada soalnya karena sekarang mah daring gitu. Kalau daring tuh kan ibaratnya pesannya sekian-sekian tapi tetap betulinnya mah ke saya gitu," ungkap Tono.
Tono menjelaskan jika dulu pesanan bisa mencapai 15-17 seragam per hari, namun saat ini hanya sekitar dua hingga tiga pesanan yang diterima.
(Alfiah Ziha Rahmatul Laili)