Tetap Serang Rafah Meski Hamas Setujui Gencatan Senjata, Apa Mau Israel?

12 May 2024 01:30

Pasukan Israel hingga Jumat kemarin, 10 Mei 2024, masih melancarkan serangan ke Rafah di wilayah Gaza Selatan yang berbatasan dengan Mesir. Korban sipil mulai berjatuhan seiring serangan militer Israel ke Rafah, Jalur Gaza sejak 7 Mei 2024 lalu. 

Israel mulai menyerbu Rafah pada selasa malam dengan melancarkan serangan udara di sejumlah kamp pengungsi di Rafah. Pada saat yang sama, tank-tank Israel mulai memasuki kawasan Rafah melalui Koridor Philadelphia yang terletak antara perbatasan Gaza dan Mesir.

Akibat serangan udara militer Israel di Rafah pada Selasa, puluhan orang tewas dan puluhan lainnya dilarikan ke rumah sakit. Otoritas Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan 54 orang tewas dan 96 lainnya menderita luka-luka akibat serangan militer Israel ke Rafah sepanjang Selasa hingga Rabu lalu.

Pihak Israel, Selasa lalu, menyatakan bersihkukuh menyerang Rafah dengan dalih untuk memusnahkan para pejuang Hamas yang bertahan di wilayah itu. Israel juga mentah-mentah menolak proposal gencatan senjata meski Senin lalu pihak Hamas sudah sepakat menerima proposal kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi pemerintah Qatar dan Mesir.

Penolakan Israel terhadap proposal genjatan senjata yang disepakati Hamas dan langkah Israel menginvasi dan Rafah mengundang kecaman dari berbagai pihak.

Invasi militer Israel ke Rafah juga mengundang reaksi keras dari Amerika Serikat. Menyusul invasi ini, pada Rabu lalu, Presiden Amerika Serikat mengumumkan penghentian sementara pengiriman senjata dan amunisi ke Israel.

Sementara itu invasi darat militer Israel ke Rafah melalui koridorKoridor Philadelphia yang terletak antara perbatasan Gaza dan Mesir mengundang kecaman dari pemerintah Mesir.

Koridor Philadelphia yang terletak antara perbatasan Gaza dan Mesir yang juga menjadi sasaran pemboman dalam invasi Israel ke Rafah sebenarnya dibangun dari hasil perjanjian damai Israel dan Mesir sebagai zona penyangga demiliterisasi antara kedua negara.

Dengan invasi Israel melalui Koridor Philadelphia, negara Zionis itu dinilai kembali melanggar perjanjian dan hukum internasional. Termasuk dengan Mesir yang merupakan mitra Israel selama ini dalam memblokade Gaza.
 

Baca: Indonesia Dorong Terobosan Pemberian Hak Istimewa kepada Palestina di PBB

Invasi serangan Israel ke Rafah sejak Selasa lalu membuat banyak warga Palestina kebingungan. Meski sebelum invasi militer Israel menyebarkan selebaran perintah evakuasi ke wilayah lain, kebanyakan warga Palestina di Rafah tidak tahu lagi ke mana harus mengungsi karena nyaris tidak ada wilayah yang aman di Gaza.

Ribuan warga Palestina yang dipaksa mengungsi dari kawasan timur Rafah ke kamp Al-Mawasi di pesisir selatan Gaza misalnya terancam bencana kemanusiaan. Karena selain tidak ada makanan di kamp Al-Mawasi juga tidak ada tenda, air bersih, maupun toilet.

Evakuasi paksa warga Palestina dari Rafah tidak hanya membuat banyak warga Palestina kebingungan, tapi membuat mereka menjadi sangat rentan terbunuh baik karena ancaman kelaparan akibat blokade militer Israel maupun oleh aksi sepihak tentara Israel di lapangan yang tak segan menjadikan warga atau kamp pengungsian sebagai target serangan.

Kementerian Kesehatan Gaza, Palestina, menyatakan penutupan paksa perbatasan Rafah, Palestina, oleh Israel sebagai pengetatan blokade di Gaza yang sudah diberlakukan Israel dan Mesir selama bertahun-tahun. Akibatnya tidak ada bantuan kemanusiaan yang bisa masuk ke Gaza.

Israel mengatakan telah membuka kembali gerbang penyeberangan Kerem Shalom ke Gaza setelah beberapa hari ditutup. Namun PBB mengatakan belum ada buan kemanusiaan yang dan tidak ada pihak yang menerimanya setelah pekerja melarikan diri menyusul serangan militer Israel ke Rafah sejak Selasa lalu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggie Meidyana)