29 February 2024 10:41
Pasca pernyataan kritis para guru besar di jawa Tengah, di antaranya dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebelum pemungutan suara, muncul undangan dari Dewan Ketahanan Nasional pada para guru besar di Unnes. Para guru besar berhalangan hadir dalam acara tersebut, hanya rektor-rektor di Jawa Tengah yang hadir.
Demo dan aksi keprihatinan para guru besar di Universitas Negeri Semarang pada 7 Februari 2024 mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), agar aparat negara tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk Pemilu.
Para guru besar Unnes saat itu lantang menyuarakan keprihatinannya pada keberlangsungan demokrasi di Indonesia.
Usai Pemilu, mendadak para guru besar yang menyuarakan kritikannya mendapatkan undangan dari Dewan Ketahanan Nasional, untuk menghadiri acara penanganan potensi risiko pasca pemungutan suara, dalam rangka stabilitas nasional.
Agenda tersebut dirasa janggal oleh para guru besar, karena undangan langsung menyebut nama satu per satu para guru besar, bukan melalui institusi universitas.
Beberapa guru besar menolak hadir. Ketika dicek di lokasi acara, yang hadir dari kalangan akademisi hanya para rektor. Rektor yang hadir adalah, Rektor Undip Semarang dan Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang.
Acara tersebut berlangsung tertutup. Bahkan, ketika wartawan berupaya mewawancarai Rektor Undip Yos Johan Utama, salah seorang staf Wantannas yang menghalangi dan menutupi kamera wartawan.