Zein Zahiratul Fauziyyah • 13 September 2025 11:34
Jakarta: Emoji kini menjadi bagian tak terpisahkan dalam komunikasi sehari-hari. Hampir setiap pesan singkat yang kita kirim disertai dengan ikon kecil berwarna-warni ini. Mulai dari wajah tersenyum, simbol hati, hingga gambar makanan. Namun, tahukah kamu bahwa emoji memiliki perjalanan panjang sebelum akhirnya menjadi bahasa universal di dunia digital?
Dari Emotikon ke Emoji
Sebelum kemunculan emoji, dunia terlebih dahulu mengenal emotikon. Emotikon diciptakan dari kombinasi karakter papan ketik sederhana, misalnya titik dua, tanda hubung, dan kurung tutup yang membentuk ekspresi wajah senyum.
Scott Fahlman, profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon, disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan emotikon pada tahun 1982. Ia menyarankan penggunaan simbol wajah senyum dan sedih dalam email agar pesan tidak menimbulkan salah paham dan tetap menyampaikan nuansa
emosional.
Berbeda dengan
emotikon, emoji hadir sebagai piktograf berwarna yang jauh lebih ekspresif. Kehadirannya membuka jalan bagi komunikasi digital yang lebih kaya makna.
Awal Kemunculan Emoji
Emoji pertama kali dikembangkan di
Jepang. Shigetaka Kurita, seorang desainer di perusahaan telekomunikasi Docomo, menciptakan set pertama emoji pada tahun 1999. Ada 176 ikon sederhana berukuran 12x12 piksel yang dirancang untuk memudahkan komunikasi di layanan internet seluler Docomo.
Namun, sebelum itu, sebenarnya operator J-Phone (kini dikenal sebagai SoftBank) telah memperkenalkan set emoji pada tahun 1997 melalui ponsel SkyWalker DP-2211SW. Set tersebut berisi 90 ikon, termasuk cikal bakal emoji
populer seperti ikon kotoran. Sayangnya, karena hanya tampil dalam satu warna, hitam, set emoji ini kurang mendapat perhatian, berbeda dengan karya Kurita yang lebih variatif.
Hambatan dan Standardisasi Emoji
Meski populer di Jepang, adopsi emoji di tingkat global sempat menemui hambatan. Perbedaan sistem encoding pada komputer membuat emoji tidak selalu terbaca dengan benar di perangkat lain.
Situasi mulai berubah pada tahun 2007 ketika Google meminta Konsorsium Unicode, organisasi internasional yang mengatur standarisasi teks di perangkat modern untuk mengakui emoji secara resmi. Dua tahun kemudian, insinyur Apple, Yasuo Kida dan Peter Edberg, mengajukan proposal agar 625 emoji baru dimasukkan ke dalam standar Unicode.
Proposal tersebut diterima pada 2010. Sejak saat itu, perusahaan teknologi besar seperti
Google, Microsoft, Facebook, dan Twitter dapat menghadirkan emoji versi mereka sendiri tanpa khawatir tidak kompatibel dengan perangkat lain.
Emoji Sebagai Bahasa Global
Kini, Unicode mencatat lebih dari 3.600 emoji yang tersedia dan terus bertambah setiap tahunnya. Dari ekspresi wajah, hewan, makanan, hingga
simbol budaya, emoji telah berkembang menjadi bahasa global yang mampu melintasi batas geografis maupun bahasa.
Tidak hanya sekadar hiasan pesan, emoji juga berfungsi memperkaya komunikasi digital dengan nuansa emosional. Bahkan, beberapa
emoji telah memicu perdebatan makna, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh ikon kecil ini dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.