Wali santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny kembali diajak berkoordinasi untuk menyepakati langkah operasi hari keempat. Hasilnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut sudah ada kesepakatan dengan pihak keluarga untuk mulai menggunakan alat berat.
Pengoperasian alat berat ini dimulai 3,5 jam lebih awal sebelum masa golden hour berakhir. Alat berat crane sudah mulai beroperasi sejak pukul 11.30 WIB, Kamis, 2 Oktober 2025.
Langkah tersebut diambil setelah rapat koordinasi tertutup dengan wali santri disepakati. Mereka sepakat penggunaan alat berat untuk mempercepat proses evakuasi korban yang masih tertimbun reruntuhan. Setidaknya akan ada lima unit alat berat yang diturunkan dalam proses evakuasi.
Sebelumnya, perwakilan wali santri berkumpul di tenda BNPB yang tidak jauh dari posko keluarga. Sebelum rapat koordinasi dimulai, staf Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo memastikan rapat dihadiri oleh orang tua santri.
Hal tersebut dilakukan karena mereka akan melakukan pendataan tes Deoxyribonucleic Acid (DNA) dari masing-masing wali santri atau dari saudara kandung. Rapat koordinasi yang digelar secara tertutup dimaksudkan untuk meminta persetujuan langkah operasi hari keempat pencarian korban.
Diketahui, musala
Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin, 29 September 2025 sekitar pukul 15.00 WIB. Kejadian terjadi saat puluhan santri sedang melaksanakan salat Ashar berjemaah di dalam bangunan.
Bangunan musala berlantai empat tersebut runtuh hingga ke lantai dasar. Reruntuhan beton menimpa puluhan santri yang sedang beribadah di dalam musala. Hingga Kamis, 2 Oktober 2025, proses evakuasi masih terus berlangsung. Tim gabungan Basarnas, BNPB, TNI, Polri, dan relawan bekerja tanpa henti mengevakuasi korban.