25 Tahun Metro TV: Menyala untuk Demokrasi Indonesia

17 November 2025 21:04

Stasiun Televisi (TV) berita pertama di Indonesia, Metro TV, genap berusia 25 tahun, menandai seperempat abad perjalanannya sebagai pengawal dinamika politik dan demokrasi di Tanah Air. Dalam perayaan ulang tahun perak ini, sorotan utama tertuju pada peran Metro TV sebagai pelopor quick count atau hitung cepat dalam setiap pesta demokrasi.

Sejak 2004 stasiun televisi tersebut telah menjadi pelopor dalam pelaksanaan quick count dan konsisten menayangkan hitung cepat pada setiap pemilu. Peran itu dijalankan untuk memberikan informasi terdepan kepada publik, sesuai dengan tagline Knowledge to Elevate.

Lahir di Era Reformasi

Metro TV resmi mengudara pada 2000, di tengah era Reformasi dan diresmikan langsung oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sejak siaran perdananya, Metro TV langsung disuguhi gejolak politik, termasuk upaya pelengseran Gus Dur yang baru menjabat setahun.

Mahfud MD kemudian mengenang peran Metro TV pada era awal 2000-an yang menurutnya memiliki pengaruh besar terhadap dinamika politik nasional. Ia menilai keberanian media dalam menyuarakan kritik merupakan fondasi penting dalam menjaga demokrasi.

“Di tahun 2000-an itu Metro TV betul-betul menjadi pendorong bagi dinamika perubahan politik Saya tidak pernah marah misalnya ketika Metro TV pada waktu itu sering memberitakan hal-hal yang memojokkan Gus Dur,” ujar Mahfud dikutip dari Newsline, Metro TV, Senin, 17 November 2025.

Sebagai mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud menegaskan bahwa kritik adalah bagian dari kontrol publik yang harus diterima oleh siapa pun yang memegang jabatan. Ia menilai sikap Presiden Gus Dur yang menerima kritik menjadi contoh etika politik yang patut diteladani.

“Menurut saya bagus karena apa? Karena memang harus ada yang berbicara tentang kebenaran itu. Kalau Gus Dur keliru, kalau Presiden keliru, ya dikatakan pada waktu itu sehingga dinamikanya menjadi begitu hangat dan Gus Dur ya akhirnya berhenti dengan legowo dan tidak marah-marek. Malah kalau saya melihatnya Metro TV di awalnya dulu itu sangat sangat kental aspirasi politiknya,” tambah Mahfud.

Setelah kejatuhan Gus Dur, Metro TV merekam momen peralihan kekuasaan pertama di era baru demokrasi, yakni pelantikan Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden terakhir yang dipilih dan dilantik oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Inovasi Jurnalistik: Pelopor Quick Count 2004

Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) langsung pertama tahun 2004, Metro TV menorehkan sejarah baru dengan menayangkan quick count Pilpres secara langsung. Hal ini menjadi terobosan jurnalistik yang kini menjadi tradisi setiap pesta demokrasi.

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla, yang menjadi saksi lahirnya terobosan besar ini, menyebut pentingnya survei yang objektif.

“Itu muncul karena adanya teman-teman yang mempunyai keahlian dalam survei. Jadi, nah survei itu penting. Kemudian juga media penting untuk mendapat survei yang objektif. Jangan lupa,” kata Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla menambahkan, ia sempat lupa apakah quick count sudah ada pada 2004, namun mengingat keberadaan lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI)  sebuah lembaga survei terkemuka.

Pakar Komunikasi Politik, Hendri Satrio, menilai quick count adalah terobosan yang penting.

“Ya itu sebuah terobosan ya yang mengajak masyarakat untuk juga bisa menyaksikan penghitungan suara karena di Indonesia ini pemenang dari sebuah pemilu itu bukan ditentukan oleh rakyat, tapi yang menentukan adalah yang tukang ngitung gitu ya. Nah, yang tukang ngitung itu yang ditayangin oleh Metro TV sehingga masyarakat rakyat bisa memantau langsung,” jelas Hendri Satrio.

Selama 25 tahun, Metro TV terus mengawal setiap proses demokrasi, dari era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, berpegang teguh pada jurnalisme yang memihak pada kebenaran.

Mahfud MD kemudian menyampaikan harapannya agar Metro TV tetap berpegang pada karakter dan prinsip awalnya sebagai media yang menjadi cermin kehidupan masyarakat. Ia menilai identitas tersebut penting di tengah dinamika politik yang semakin kompleks.

“Saya berharap Metro TV tetap kembali ke jati dirinya menjadi cermin kehidupan masyarakat gitu ya, tetapi tentu dengan gaya sekarang, gaya situasi sekarang,” ujar Mahfud MD.
 


Sebagai bentuk kepercayaannya terhadap kredibilitas media, Mahfud menjelaskan bahwa ia selalu memeriksa informasi dari sumber-sumber yang dianggap paling sahih sebelum memberi komentar, dan Metro TV menjadi salah satunya.

“Makanya saya katakan karena banyak berita kemudian dikasih lebar tertentu sebelum saya mengomentari saya, saya lihat dulu di sumber-sumber utama itu antara lain yang Metro TV. Ya Metro TV itu saya lihat apa nih kata Metro TV tentang ini. Kalau Metro TV belum memuat, saya nggak bicara itu dulu,” tambah Mahfud.

Mahfud MD juga menegaskan peran penting pers dalam sistem demokrasi. Ia menyatakan bahwa semua media harus menjaga hubungan dua arah dengan pemerintah, sekaligus memantapkan diri sebagai pilar demokrasi keempat.

Pendiri Wahid Institute, Yenny Wahid, turut berharap agar media tetap menjalankan perannya secara independen meski menghadapi berbagai tantangan.

“Saya berharap bahwa walaupun ada tekanan yang begitu kuat terhadap media di Indonesia pada saat ini, baik tekanan politik maupun tekanan finansial, media bisa tetap kokoh ya untuk mempertahankan tugasnya yang paling utama yaitu menyajikan kebenaran kepada masyarakat,” harap Yenny.

Jusuf Kalla menegaskan bahwa dalam televisi berita, hal terpenting adalah kecepatan, independensi, dan objektivitas. Ia mengatakan, dalam TV berita seperti ini maka yang paling diharapkan ialah kecepatan berita, independensi, dan tentu objektivitas.

(Muhammad Fauzan)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Sofia Zakiah)