Pemulihan Ekonomi Lambat, PHK Masih Menghantui

29 January 2024 12:14

Perlambatan perekonomian dunia termasuk di negara-negara maju rupanya berdampak cukup besar kepada perekonomian Indonesia. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,1-7 persen di Triwulan II 2023, namun nyatanya sejumlah sektor usaha masih terseok - seok untuk bangkit dari keterpurukan pasca-pandemi.

Pandemi covid-19 memang sudah berakhir. Namun, pemulihan kondisi perekonomian dunia dan domestik tidak berjalan secepat yang diharapkan.
 
Dalam laporan Global Economic Prospect Edisi Juni 2023, Bank Dunia masih meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 pada level 2,1 persen. Bahkan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di level 3,1 persen. 

Sementara pada 2024, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi hanya tumbuh sebesar 2,4 persen dan 3 persen pada 2025.

Pelambatan perekonomian dunia termasuk upaya menahan impor dan penurunan harga komoditas juga cukup berdampak pada sejumlah sektor di Indonesia. Khususnya yang berorientasi ekspor.

Sebut saja industri tekstil dan garmen yang mencatatkan perlambatan. Bahkan terpaksa merumahkan atau mem-phk karyawannya karena minimnya permintaan dari luar negeri.

Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat sejak awal pandemi di 2020 hingga awal 2023, total 56.976 pekerja telah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan mayoritas dari industri tekstil dan garmen.
 
Disebutkan, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami penurunan permintaan. Tidak ada permintaan sama sekali dengan 60 persen perusahaan berorientasi ekspor, sementara 40 persen lainnya lokal.

Data tersebut pun diprediksi lebih rendah dari kenyataan karena hanya berdasarkan laporan yang diterima KSPN.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat di awal 2023, tingkat pengangguran terbuka memang mengalami penurunan, namun masih tetap lebih tinggi jika dibandingkan sebelum pandemi.
 
Di tengah gelombang PHK yang melanda industri di Indonesia, khususnya tekstil dan garmen, pemerintah Indonesia tetap optimis terhadap pemulihan bisnis industri manufaktur Indonesia yang tercermin pada indeks manufaktur, purchasing manager’s indeks, yang mencapai 52,5 pada Juni 2023.

Meski demikian, sejumlah upaya pun tetap didorong untuk pemulihan sektor tekstil, sepatu, dan garmen lewat penguatan daya saing melalui penguatan pembiayaan hingga tenaga kerja. 

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong upaya mengatasi hambatan dagang di pasar Amerika Serikat terkait bea masuk tambahan 12 persen. Sehingga ekspor bisa kembali naik. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Silvana Febriari)