12 November 2024 10:31
Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, Hashim Djojohadikusumo menyatakan Indonesia sedang mengembangkan investasi di bidang penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS). Beberapa perusahaan multinasional, termasuk ExxonMobil dan British Petroleum, telah berencana berinvestasi dalam proyek-proyek CCS di Indonesia.
Hashim menyatakan, Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang besar, mencapai 577 gigaton. Kapasitas ini dianggap sangat potensial, bahkan lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Singapura yang saat ini juga aktif mengembangkan teknologi CCS.
BACA : Hadiri COP29, Pertamina Soroti Isu Perubahan Iklim dan Transisi Energi |
Hashim mengungkapkan, beberapa perusahaan multinasional, seperti ExxonMobil dan British Petroleum (BP), telah menyatakan minat mereka untuk berinvestasi di sektor CCS Indonesia. ExxonMobil bekerja sama dengan Pertamina untuk membangun proyek CCS pertama di utara Banten, dengan nilai investasi sebesar USD10 miliar.
Proyek ini dirancang untuk menangkap emisi karbon dioksida dari berbagai industri dan menyimpannya di dalam formasi geologi bawah tanah. Menurut Hashim, proyek di Banten ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dalam jumlah signifikan, serta mempercepat upaya Indonesia mencapai target pengurangan emisi.
Selain ExxonMobil, BP juga berencana membangun proyek CCS di Bintuni, Papua Barat. Dengan investasi senilai USD7 miliar, proyek ini diharapkan dapat menangkap karbon dioksida dari kilang LNG yang dioperasikan BP di wilayah tersebut.
“CCS ada beberapa proyek yang satu dibangun oleh ExxonMobil dan Pertamina, 100 kilometer (km) dari pantai utara Banten isedang dibangun dan itu sudah Peraturan Presiden (Perpres), terus satu lagi dibangun oleh BP ya itu juga itu di Bintuni,” ujar Hashim, dikutip pada Selasa, 12 November 2024.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)