Sejumlah Sektor Terdampak Pelemahan Rupiah

19 June 2024 14:01

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Berdasarkan data Bank Indonesia pada Jumat, 14 Juni 2024, nilai tukar dolar AS menyentuh Rp16.374. Kelemahan nilai tukar rupiah ini diprediksi akan berdampak pada kondisi ekonomi.

Masyarakat Indonesia yang memiliki utang jatuh tempo dalam bentuk Dolar wajib waspada. Pasalnya sejak awal 2024, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS kian melemah.

Nilai tukar Rupiah menyentuh Rp.16.412/USD pada penutupan perdagangan pekan lalu. Angka tersebut mencapai posisi terlemah sejak April 2020 saat awal pandemi Covid-19 di Indonesia.

Sejumlah sentimen global dan kekhawatiran beban fiskal Indonesia menyebabkan investor asing melepas kepemilikan surat utang Rupiah. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, para investor asing menjual Rp812 Miliar pada Rabu, 12 Juni 2024 lalu. Sedangkan berdasarkan data Bloomberg, angka tersebut yang paling besar sejak 15 Mei 2024. 
 

Baca juga: Rupiah Sentuh Level Terendah dalam 4 Tahun Terakhir

Dengan dinamika Rupiah yang bergerak di luar prediksi, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini Rupiah masih lebih stabil dengan sejumah mata uang asing lainnya. Meskipun nilai Rupiah sudah tembus dari yang diperkirakan pemerintah.

"Rupiah kita sangat stabil, salah satu yang terbaik di dunia dan kita terus melakukan suatu langkah-langkah stabilisasi nilai tukar banyak yang kita lakukan apakah melalui intervensi kemudian menarik portfolio asing dari dalam negeri juga untuk apa Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari Sumber Daya Alam (SDA). Semua berjalan baik stabil dan juga diapresiasi oleh Presiden," tutur Perry.

"Rupiah 16.300 tolong dilihat dari akhir tahun kemarin. Itu sangat rendah dan tolong dibandingkan dengan negara lain, depresiasi kita termasuk yang paling rendah dan stabil," imbuhnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pelemahan mata uang Rupiah dan mata uang negara berkembang terjadi karena penguatan ekonomi Amerika Serikat yang diprediksi semakin menguat 2,7% di 2024

"Akibat eskalasi perang di Timur Tengah dan ketegangan geopolitik yang makin tinggi, kebijakan moneter Amerika Serikat yang cenderung mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama (higher for longer) dan penundaan pemangkasan suku bunga dari fat fund rate serta tingginya yield dari US treasury telah menyebabkan terjadinya arus modal portofolio keluar dari negara-negara berkembang dan emerging pindah ke Amerika Serikat dan ini menyebabkan penguatan mata uang US Dolar dan melemahnya nilai tukar berbagai mata uang dari berbagai negara," ungkap Sri Mulyani.

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat sempat membuat Presiden Jokowi khawatir. Presiden sempat was-was saat Dolar Amerika Serikat berada di level 16.200.

"Kemarin kita agak ngeri juga waktu kurs Rupiah ke Dolar melompat di atas Rp16.200. Kita sudah mulai ketar-ketir karena negara lain juga melompat lebih dari itu," ungkap Presiden Jokowi.

Naiknya Dolar Berimbas Pada Berbagai Sektor

Pelemahan nilai tukar tentu berdampak pada APBN dan dunia usaha. Bila kondisi ini terus berlanjut, maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia. Salah satunya ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). PHK di sektor tekstil yang masih terus terjadi tak kurang dari 11 ribu pekerja tekstil terdampak PHK sejak awal tahun hingga pertengahan 2024.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyebut pelemahan nilai tukar Rupiah sangat tidak kondusif bagi dunia usaha. Shinta mengatakan para pengusaha khawatir Pasar domestik akan semakin lesu dan semakin menahan diri untuk melakukan ekspansi konsumsi bila pelemahan nilai tukar terus dibiarkan.

Sementara, Direktur Eksekutif Core Indonesia Muhammad Faisal menilai tekanan terhadap dunia usaha kan kian besar dengan kondisi pelemahan Rupiah. 

"Tekanan terhadap dunia usaha, dunia industri itu sudah mulai terjadi terlepas dari pelemahan nilai tukar Dolar pada pada saat sekarang. Nah, dengan melemahnya nilai tukar dolar tentu saja tekanannya akan menjadi lebih besar karena banyak industri manufaktur itu masih bergantung pada bahan baku dan bahan penolongnya dari luar negeri, baik itu industri makanan, minuman, industri obat-obatan, elektronika, otomotif, dan lain-lain," ungkap Faisal.

Selain terancam PHK akibat nilai tukar Dolar terhadap Rupiah, masyarakat juga dihadapkan dengan sejumlah kebijakan pemerintah yang tak populis, di antaranya kebijakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal atau UKT pada awal tahun ini.

Aturan ini membuat dunia pendidikan bergejolak. Sebab, kenaikan UKT dinilai membatasi kesempatan kelas menengah hingga bawah menempuh pendidikan.

Presiden Joko Widodo juga mengeluarkan kebijakan soal pekerja dengan gaji UMR wajib ikut iuran Tabungan Perumahan Rakyat atau Tapera setiap bulannya besarannya adalah 3?ri total gaji dengan sistem iuran pekerja dan pemberi kerja.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Diva Rabiah)