Multilasi Mojokerto, Luka Ganda Femisida di Balik Ekonomi

15 September 2025 22:50

Kasus mutilasi di Mojokerto kembali membuka mata kita betapa kejahatan berbasis gender di Indonesia kian mengerikan. Korban adalah perempuan, pelakunya adalah orang terdekat, dan motifnya tidak jauh dari ledakan emosi hingga desakan ekonomi.

Mutilasi bukan sekadar menghilangkan nyawa, tetapi juga memotong rasa kemanusiaan, menyisakan trauma panjang bagi keluarga dan masyarakat. Peristiwa ini menjadi cermin masalah sistemik: ledakan emosi negatif laki-laki yang dilampiaskan kepada perempuan, relasi kuasa yang timpang, hingga fenomena femisida yakni pembunuhan terhadap perempuan karena identitas gender mereka.

Data Komnas Perempuan mencatat tren femisida terus meningkat, dari 34 kasus pada 2017 melonjak menjadi 290 kasus sepanjang Oktober 2023 hingga 2024. Angka ini naik hampir 30% dibandingkan periode sebelumnya.

Motif terbanyak adalah rasa cemburu atau sakit hati (95 kasus), disusul faktor ekonomi (39 kasus). Pelakunya kebanyakan dari orang dari lingkar terdekat korban, yaitu suami (71 kasus), pacar/kekasih (47 kasus), dan anggota keluarga lain (29 kasus).

Ketika superioritas laki-laki merasa terancam, agresi sering muncul sebagai respons primitif untuk menegaskan kembali dominasinya. Karena itu, femisida tidak bisa dipandang sebagai kasus kriminal biasa.

Negara dituntut menghadirkan keadilan restoratif, agar proses hukum bukan hanya menghukum pelaku, tetapi juga memulihkan keluarga korban sekaligus mencegah siklus kekerasan terus berulang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Sofia Zakiah)