Indonesia Siap Maksimalkan Potensi Geothermal dalam Transisi Energi

Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia masih harus memaksimalkan pemanfaatannya yang baru digunakan sekitar 12%. Sejumlah percepatan terus digenjot, baik dari pemerintah maupun sektor swasta di industri panas bumi.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi mengatakan panas bumi atau geothermal menjadi salah satu Energi Baru Terbarukan (EBT) yang akan dimaksimalkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam mencapai swasembada energi nasional. Apalagi, ketersediaan geothermal tersebar dari Aceh hingga Papua. 

"Kita adalah negara volcanik, negara ring of fire. Jadi geothermal ini merupakan indigenous resources Indonesia. Bukannya saja terbesar, lokasinya juga di mana-mana. Jadi, perfect sekali untuk transisi dari fossil fuse ke green energy," kata Julfi, dikutip dari tayangan Zona Bisnis, Metro TV, Kamis, 18 September 2025. 
 

Baca juga: PLN IP dan PGE Kebut Pengembangan Energi Panas Bumi

Julfi juga menjelaskan bahwa geothermal adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang memiliki karakteristik ideal untuk menjadi beban dasar sistem kelistrikan. Uap yang dihasilkan bukan berbentuk gas, melainkan air yang tahan ratusan tahun. 

"Indonesia diberkahi oleh satu cadangan resource yang sangat andal yang bisa mendukung swasembada energi. Nah, di sinilah kita mendorong supaya semua stakeholder bersatu supaya untuk bisa memajukan ini sebagai swasembada energi," jelasnya. 

Pertamina Energy, kata Julfi, memiliki potensi geothermal sebanyak 3.000 Megawatt (MW) atau 3 Gigawatt (GW). Dengan 3.000 MW itu, Pertamina bukan saja bisa mengembangankan sumber daya, namun juga membuat ekosistemnya Indonesia diperlukan. 

"Jadi dengan 3 GW kami bisa menurunkan harga karena volume-nya. Kami bisa membuat manufacturing power plan di Indonesia yang selama ini ada di luar. Kami bisa membuat teknologi-teknologi baru," ujarnya.