16 October 2025 19:56
Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan pidato penutup yang penuh optimisme terkait perkembangan ekonomi nasional. Ia menyatakan bahwa tujuan utama pemerintah adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, dengan target kuartal empat dapat mencapai 5,5 persen atau lebih, sebagai langkah awal menuju target jangka panjang 8 persen.
Menkeu Purbaya mengungkapkan bahwa salah satu langkah cepat yang ia lakukan untuk memperbaiki kondisi likuiditas adalah dengan memindahkan dana besar di sistem perbankan.
"Yang saya lakukan cuma pindahin uang Rp200 triliun dari BI (Bank Indonesia) ke perbankan. Udah, titik," jelas Menkeu Purbaya, dalam forum bertajuk 1 Tahun Prabowo-Gibran: Optimism on 8?onomic Growth di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.
Langkah ini menciptakan optimisme di pasar, yang terlihat dari naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level tertinggi sepanjang sejarah saat itu. Ia menegaskan, kebijakan moneter yang longgar atau ketat harus diukur dari laju pertumbuhan M0 (Base Money atau jumlah uang beredar), bukan hanya suku bunga. Saat ini, laju pertumbuhan M0 telah mencapai 13,2 persen, menandakan bertambahnya likuiditas di sistem finansial.
Menkeu Purbaya juga menyoroti perlunya transformasi fundamental ekonomi. Ia menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi saat ini terlalu banyak ditopang oleh sektor jasa yang bernilai tambah rendah share 54 persen dan menunjukkan gejala de-industrialisasi karena pangsa manufaktur yang terus menurun.
Untuk mengatasi ini, ia menekankan implementasi Sumitronomics, yang memiliki tiga pilar utama:
Penguatan UMKM dan kritik dana daerah
Dalam upaya mewujudkan pemerataan, Menkeu Purbaya bertekad memperkuat sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ia mencontohkan Korea Selatan yang memiliki sistem terpadu, termasuk bank, lembaga pendidikan, pemasaran, dan penjaminan khusus UMKM. Ia berkomitmen mendorong penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat, program kredit bersubsidi) yang lebih pro-UMKM.
Di sisi lain, Menkeu Purbaya mengkritik rendahnya penyerapan anggaran di daerah. Ia menunjukkan bahwa pemerintah daerah memiliki dana menganggur di bank hingga Rp254 triliun per Agustus. Hal ini menjadi alasan efisiensi anggaran daerah, sambil ia berjanji akan menambah dana bagi daerah yang memiliki penyerapan anggaran yang baik.
Ia menyimpulkan, keberhasilan pertumbuhan ekonomi di masa depan akan tercapai jika mesin ekonomi, yang terdiri dari sektor swasta dan pemerintah, dapat hidup dan bekerja selaras, menghindari kondisi "pincang" seperti yang terjadi selama dua puluh tahun terakhir.
(Muhammad Fauzan)