1 October 2025 15:12
Jakarta: Anggota Komisi IX DPR, Dokter Gamal Albinsaid, dari fraksi PKS mengungkapkan perbedaan penerapaan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia dengan empat negara yang menerapkan program serupa. Hasilnya, Indonesia mencatat angka insiden tertinggi dengan menyentuh angka 5,6 persen.
Jepang, misalnya. Jumlah insiden keracunan tercatat 500-1.000 kasus per tahun (0,8-0,9 persen). Amerika Serikat (AS) tercatat 400-600 kasus per tahun (0,7-1,1 persen). Lalu, Uni Eropa tercatat 10 ribu - 12 ribu kasus per tahun (1,1-1,3 persen).
Sementara Indonesia mencapai 5,6 persen kasus. Menurut Gamal, seharusnya angka insiden di luar kendali tidak boleh lebih dari satu persen.
Untuk menekan itu, Gamal menyarankan pemerintah pusat untuk melibatkan pemerintahan daerah dan masyarakat mengawasi jalannya program MBG.
“Mungkin kita bisa membuat Komite makan bergizi daerah yang melibatkan pihak Sekolah, penyuluh kesehatan, orang tua siswa, Ahli Gizi bahkan Ormas” ujar Gamal, dalam program Breaking News Metro TV, Rabu, 1 Oktober 2025.
Lebih lanjut, dia meminta agar program yang berjalan ini harus bisa lincah dan adaptasi dalam menanggapi program yang sedang dibuat. Seperti penyesuaian kapasitas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pembuatan makanan dan menanggapi respon keluhan siswa yang menikmati program.
Sebelumnya, Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang, menangis merespons banyaknya kejadian keracunan akibat makanan dari program MBG. Nanik mengungkap kesedihan atas insiden tersebut.
"Kami mohon maaf, saya seorang ibu, melihat gambar (anak keracunan) di video sedih hati saya," kata Nanik sambil menangis, Jumat, 26 September 2025.
Nanik menegaskan dirinya sebagai ibu yang setres jika anaknya sakit. Apalagi, melihat kejadian ini.
"Tentu kami bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan, maka seluruh biaya dari anak-anak dan juga kalau ada ortu yamg mungkin ikut makan, kami bertanggung jawab penuh dan membiayai semuanya atas apa yang terjadi," tegas Nanik.
Ke depan, dia tak mau menoleransi kelalaian terkait hal ini. Sehingga, tak ada lagi insiden keracunan berulang.
"Ini karena 80 persen SOP dari kami tidak dijalankan oleh mitra," tegas Nanik.