Menkeu Beberkan Upaya Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: MI/Ramdani

Menkeu Beberkan Upaya Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Annisa Ayu Artanti • 13 July 2023 12:53

Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa perubahan iklim saat ini dapat menimbulkan dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia dan keberlanjutan bumi ini.

Dalam hal ini termasuk Indonesia juga menghadapi konsekuensi dan risiko yang cukup serius dari dampak perubahan iklim.

"Perubahan iklim menjadi risiko terbesar bagi umat manusia dan juga bagi seluruh negara, terutama bagi negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang implikasi dari perubahan iklim ini bahkan lebih signifikan dan merusak,” ungkap Menteri Keuangan dalam acara The 11th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition 2023, dikutip Kamis, 13 Juli 2023.

Berdasarkan data BMKG, di Indonesia sendiri selama hampir 40 tahun terakhir (1981-2018) setiap tahunnya mengalami kenaikan suhu sekitar 0,03 derajat celcius dan kenaikan permukaan air naik 0,8-1,2 cm per tahun.

Menurutnya, Indonesia sudah merasakan dan akan menghadapi implikasi yang tidak mudah dan tidak murah akibat climate change. Emisi gas rumah kaca Indonesia juga cenderung mengalami kenaikan, setiap tahun sebesar 4,3 persen per tahun dihitung sejak 2010.

Namun, meski di satu sisi, perubahan iklim disebut memberikan dampak yang menghancurkan. Di sisi lain, Indonesia masih harus terus melakukan pembangunan yang menimbulkan peningkatan konsumsi energi.

Artinya, maka akan ada peningkatan permintaan terhadap energi karena masyarakat yang semakin maju dan sejahtera, sehingga konsumsi energinya makin tinggi.

"Kontradiksinya adalah how we would continue satisfying the ever growing demand dengan supply energy yang tidak memperburuk gas rumah kaca yang setiap tahun meningkat 4,3 persen. Inilah sebuah tantangan bagi kita semua. (Selain) pemerintah, pelaku industri dan masyarakat secara bersama sama (perlu turut terlibat mengatasi tantangan itu),” jelasnya.

Dia pun menuturkan, upaya Indonesia menghindari konsekuensi bencana dari perubahan iklim ini tentu untuk memenuhi kepentingan di Tanah Air. Indonesia sudah menyampaikan komitmen untuk mengurangi emisi karbon dalam bentuk national determined contribution (NDC).
 
Indonesia juga sudah berkontribusi secara global mengurangi emisi CO2 dengan target pengurangan 29 persen hingga 31,89 persen dengan usaha sendiri, atau berambisi menurunkan emisi global 41 persen bahkan hingga 43,2 persen melalui dukungan internasional.

Untuk itu, bendahara negara itu menyebut salah satu cara Indonesia memenuhi kebutuhan energi tanpa memperburuk atau bahkan mengurangi emisi CO2 adalah dengan renewable energy.

Namun untuk mencapai komitmen itu, membutuhkan biaya yang juga tidak murah atau mencapai Rp4.000 triliun hingga 2030. Maka dalam hal ini peranan dari private sector masyarakat menjadi sangat penting.

"APBN mungkin kontribusinya bahkan mungkin hanya 10 persen. Namun APBN bisa memberikan manfaat melalui berbagai insentif,” ungkapnya.

Untuk menjawab tantangan itu, Kementerian Keuangan berkomitmen untuk turut membantu mengembangkan berbagai regulasi, instrumen dan kebijakan.

"Kami (Kementerian Keuangan) akan terus bekerja sama dengan Anda semuanya dari masyarakat energi terbarukan Indonesia dan semua stakeholder agar kita betul-betul mampu menyiapkan seluruh platform dari mulai regulasi, kebijakan, instrumen, institusi, dan tentu pada akhirnya terwujudkan dalam bentuk keputusan investasi yang menjawab tantangan Indonesia di dalam terus membangun ekonominya, membangun sektor energinya, namun pada saat yang sama terus menurunkan emisi CO2 untuk menghindari bencana climate change," ujarnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)