Wamenkes: Lebih dari 2 Juta Anak Alami Gangguan Mental, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi freepik

Wamenkes: Lebih dari 2 Juta Anak Alami Gangguan Mental, Apa Penyebabnya?

Putri Purnama Sari • 30 October 2025 19:39

Jakarta: Berdasarkan data dari pemeriksaan kesehatan jiwa gratis, Kementerian Kesehatan mengungkap fakta mengejutkan bahwa lebih dari 2 juta anak dan remaja Indonesia mengalami gangguan mental.

Data tersebut menggambarkan bahwa masalah kesehatan jiwa kini bukan hanya persoalan orang dewasa, tetapi juga telah menyentuh kelompok usia muda, bahkan anak sekolah dasar.

"Dari laporan yang kami terima dalam pemeriksaan kesehatan jiwa gratis dan telah menjangkau sekitar 20 juta jiwa, terdapat lebih dari dua juta anak yang mengalami gangguan kesehatan mental," kata Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, Kamis, 30 Oktober 2025.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental anak masih rendah, padahal dampaknya dapat memengaruhi tumbuh kembang, prestasi belajar, hingga hubungan sosial anak di masa depan.

Dante mengatakan, Kementerian Kesehatan telah menyediakan layanan konseling daring yang bisa diakses kapan saja melalui healing 119.id bagi warga yang mengalami stres, depresi atau memiliki keinginan bunuh diri.

Dante menyebut, platform ini bisa menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah secara anonim, difasilitasi oleh psikolog sosial dan klinis yang siap mendengarkan 24 jam. 

"Dalam waktu hanya tiga bulan, platform ini telah dikunjungi lebih dari 45 ribu pengguna. Ini adalah langkah kecil, tetapi berarti besar bagi upaya penyembuhan jiwa bangsa," kata Dante, Kamis, 30 Oktober 2025.

Menurut Dante, stres dan tantangan kesehatan jiwa adalah hal yang tidak dapat dihindari setiap hari. Oleh sebab itu, Kemenkes mengajak masyarakat untuk saling mendukung dan memperkuat dukungan psikososial bagi siapa pun yang tengah berjuang dengan kesehatan jiwanya.
 

Baca juga: Pentingnya Meditasi untuk Jaga Kesehatan Mental Anak Sejak Dini

Penyebab Anak Mengalami Gangguan Mental

Berbagai faktor menjadi pemicu meningkatnya gangguan mental di kalangan anak dan remaja, antara lain:

1. Tekanan dari Media Sosial dan Dunia Digital

Anak-anak kini tumbuh di era digital dengan paparan media sosial yang intens. Perbandingan sosial, cyberbullying, dan kecanduan gawai sering kali membuat mereka kehilangan kepercayaan diri dan rentan stres.

2. Dampak Pandemi dan Isolasi Sosial

Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar dalam rutinitas anak. Belajar daring, minim interaksi sosial, dan ketidakpastian masa depan menyebabkan meningkatnya rasa cemas dan kesepian pada banyak anak.

3. Lingkungan Rumah dan Sekolah yang Tidak Aman

Anak yang sering mendapat tekanan, kekerasan verbal atau fisik, maupun perundungan (bullying), lebih mudah mengalami gangguan emosional. Kurangnya dukungan dari keluarga juga memperburuk kondisi mental mereka.

4. Stigma dan Minimnya Akses Layanan Psikolog

Banyak orang tua masih menganggap masalah mental sebagai hal tabu. Akibatnya, anak yang membutuhkan bantuan tidak dibawa ke psikolog atau psikiater, melainkan diminta untuk “lebih kuat” atau “tidak lebay”.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua dan Sekolah?

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua dan guru di sekolah untuk dapat mencegah anak terkena gangguan mental, seperti: 
  • Bangun komunikasi terbuka dengan anak. Dengarkan tanpa menghakimi.
  • Batasi penggunaan gawai dan ajarkan keseimbangan antara dunia digital dan nyata.
  • Perhatikan perubahan perilaku anak, seperti murung, menarik diri, atau kehilangan semangat belajar.
  • Libatkan konselor sekolah atau psikolog bila anak menunjukkan tanda stres berat.
  • Ciptakan lingkungan rumah yang hangat dan aman secara emosional.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arga Sumantri)