Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono. Foto: Dokumen Kemenkeu
Annisa Ayu Artanti • 16 January 2025 12:01
Jakarta: Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas A. M. Djiwandono menyampaikan
APBN 2024 mampu menjaga stabilitas, melindungi daya beli, dan menopang agenda pembangunan selama 2024.
"Kondisi global saat itu tidak baik ya tapi kita berhasil di 2024 di dalam posisi yang lebih baik. Nah kenapa? Disinilah saya kembali ke perannya fiskal dan perannya APBN itu di negara apapun itu menjadi kalau bahasa kerennya itu shock absorber," ungkap Wamenkeu Thomas dalam Program Semangat Awal Tahun 2025 yang diselenggarakan sebuah media daring, dikutip dari laman Kemenkeu, Kamis, 16 Januari 2025.
Dia menjabarkan, pada triwulan I-2024, Indonesia dihadapi banyak tantangan mulai dari El Nino hingga geopolitik global yang memberikan tekanan yang dalam.
Namun, APBN hadir menjaga daya beli dan menjadi katalis pertumbuhan serta mendukung pelaksanaan demokrasi dengan bantuan pangan beras, bantuan pangan non-tunai, BLT Mitigasi Risiko Pangan, Stabilisasi Pasokan Harga Pangan, pemberian THR ASN, dan belanja operasional Pemilu.
Lalu pada triwulan II-2024, geopolitik, lonjakan harga minyak global, dan moneter global masih memicu tekanan. APBN juga menjaga dengan melalui program perlindungan sosial dan pemberian gaji ke-13 ASN.
Ilustrasi APBN. Foto: MI
Sinergi kebijakan fiskal dan moneter
Menurutnya, sinergi kebijakan fiskal dan moneter diperkuat dengan BI menaikkan suku bunga untuk stabilisasi rupiah.
Sementara itu, pada triwulan III-2024, tekanan datang dari eskalasi konflik Timur Tengah, pelemahan Tiongkok, dan The Fed pangkas 50 bps pertama sejak 2020. Optimalisasi APBN sebagai shock absorber dilakukan melalui peningkatan kuota FLPP bagi MBR, perpanjangan insentif PPN DTP Rumah, Bea Masuk untuk melindungi industri tekstil domestik, dan tambahan penerima Program Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Pintar.
Sedangkan pada triwulan IV-2024, kondisi global diwarnai gejolak stimulus moneter dan fiskal Tiongkok, Pemilu Amerika Serikat dan Trump 2.0, dan instabilitas politik Eropa. APBN mencatatkan defisit 2,29 persen PDB menjadi fondasi untuk transisi pemerintahan yang efektif.
APBN 2024 bekerja keras meletakkan fondasi yang kuat untuk pelaksanaan APBN 2025 demi kemajuan bangsa.
“Di Kemenkeu tugas kita adalah menjaga fiskal itu. Jadi kami merasa dengan data-data ini terakhir fiskal kita baik. Artinya di 2025 itu kita juga dengan segala hal yang dikatakan tadi oleh Pak Luhut, potensi-potensi growth dan sebagainya ke depan fiskal kita baik dan fiskal kita kuat,” ucap Thomas.