Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.
Husen Miftahudin • 16 January 2025 09:43
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 16 Januari 2025, rupiah hingga pukul 09.16 WIB berada di level Rp16.375 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 50 poin atau setara 0,30 persen dari Rp16.325 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.369 per USD, melemah sebanyak 55 poin atau setara 0,34 persen dari Rp16.314 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali alami pelemahan.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.290 per USD hingga Rp16.340 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
BI Rate dipangkas hingga surplus neraca dagang
Berdasarkan analisis Ibrahim, ada risiko global yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya
trade war 2.0 dan
high-for-longer rate suku bunga The Fed, yang akan menyebabkan naiknya
risk-off sentiment.
"Melebarkan
current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu
capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya
imported inflation," jelas Ibrahim.
Oleh karena itu, dalam pertemuan hari ini, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,50 persen.
Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus satu persen pada 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
(Ilustrasi rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Eko)
Ke depan, BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi, serta dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan suku bunga moneter lebih lanjut
Selain itu, sambung Ibrahim, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
neraca perdagangan Indonesia surplus USD2,24 miliar pada Desember 2024. Surplus tersebut sejalan dengan proyeksi ekspor pada Desember masih akan tumbuh sebesar 7,6 persen (yoy) sementara impor tumbuh lebih tinggi mencapai 10,4 persen.
Realisasi tersebut melanjutkan tren surplus neraca dagang Indonesia dalam 56 bulan terakhir. Tren surplus tersebut sudah bertahan sejak Mei 2020. Kendati demikian, realisasi tersebut turun USD2,1 miliar dibandingkan bulan lalu.