Inflasi AS Naik, The Fed Diminta Pangkas Suku Bunga

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Inflasi AS Naik, The Fed Diminta Pangkas Suku Bunga

Eko Nordiansyah • 12 June 2025 08:54

New York: Inflasi di Amerika Serikat sedikit naik pada Mei, dengan indeks harga konsumen (IHK) naik 2,4 persen secara tahunan. Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja, IHK naik dari 2,3 persen pada April.

Dilansir dari Xinhua, Kamis, 12 Juni 2025, kenaikan tersebut sedikit di bawah ekspektasi ekonom sebesar 2,5 persen, berdasarkan survei FactSet. Inflasi inti naik 2,8 persen selama setahun terakhir, juga di bawah proyeksi 2,9 persen.

Meskipun pembacaan ini lebih rendah dari yang diharapkan, inflasi tetap di atas target Federal Reserve sebesar dua persen, menggarisbawahi tantangan yang sedang berlangsung dalam menstabilkan harga sepenuhnya.

"Laju inflasi kemungkinan naik lebih rendah dari yang diharapkan karena penurunan tajam harga bensin. Harga energi yang lebih rendah merupakan sumber utama tekanan disinflasi/deflasi," kata analis Vital Knowledge Adam Crisafulli.

Harga bensin turun 12 persen dari tahun sebelumnya, sementara harga pakaian turun 0,9 persen, dan tarif pesawat turun 7,3 persen. Di sisi lain, harga daging sapi, kopi, dan perumahan terus naik, mengimbangi pelonggaran yang lebih luas di sektor lain.
 

Baca juga: 

Apa Itu Inflasi? Ini Pengertian serta Penyebabnya



(Ilustrasi gedung The Fed. Foto: Xinhua/Liu Jie)

Tekanan agar The Fed pangkas suku bunga

Di pasar keuangan, laporan tersebut mendorong kenaikan moderat pada indeks saham AS selama perdagangan tengah hari, sementara imbal hasil Treasury AS dan dolar AS merosot, mencerminkan ekspektasi Federal Reserve mungkin akan semakin dekat untuk memangkas suku bunga akhir tahun ini.

Tekanan politik dengan cepat meningkat sebagai respons terhadap data CPI. Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali seruannya kepada Fed untuk memangkas suku bunga hingga satu persen penuh, sementara Wakil Presiden AS JD Vance menuduh bank sentral terlibat dalam "malapraktik moneter" dengan mempertahankan biaya pinjaman saat ini.

Meskipun angka inflasi belum mencerminkan tekanan ke atas yang signifikan dari tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump, para ekonom memperingatkan dampak penuhnya dapat terwujud pada paruh kedua 2025.

"Dampak tarif lebih kecil dari yang diharapkan pada Mei. Kami berharap dapat melihatnya lebih jelas mulai bulan depan," kata para ekonom di Bank of America Global Research.

Dikombinasikan dengan laporan pekerjaan Mei yang solid, data CPI terbaru mengurangi kemungkinan stagnasi yang parah di Amerika Serikat, menurut Bank of America Global Research.

"Dampak tarif mungkin mulai muncul dalam data CPI akhir musim panas ini," kata kepala strategi global di Principal Asset Management Seema Shah. Mereka mencatat potensi inflasi merayap di atas tiga persen pada akhir tahun jika biaya terkait perdagangan memengaruhi ekonomi yang lebih luas.

"Inflasi yang terjadi di bawah perkiraan saat ini cukup meyakinkan, tetapi hanya sampai batas tertentu. Kenaikan harga yang didorong tarif mungkin tidak akan terlihat pada data CPI selama beberapa bulan lagi, jadi masih terlalu dini untuk berasumsi guncangan harga tidak akan terjadi," ujar Shah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)