Jelang Libur Panjang, Pasar Keuangan Domestik Moncer

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Jelang Libur Panjang, Pasar Keuangan Domestik Moncer

Insi Nantika Jelita • 28 May 2025 12:46

Jakarta: Tren positif di pasar domestik ini didukung oleh data ekonomi yang solid serta pemangkasan suku bunga kebijakan oleh Bank Indonesia (BI) pekan lalu. Bahkan menjelang libur panjang, kondisi pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja positif.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengungkapkan indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada level 7.198,97 pada Selasa, 27 Mei 2025. IHSG mencatat kenaikan yang solid sebesar 6,4 persen sepanjang bulan Mei.

"Menjelang hari perdagangan terakhir Mei, momentum positif di pasar Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut," ujar Rully dalam keterangan resmi, Rabu, 28 Mei 2025.

Meskipun investor asing membukukan net outflow atau penjualan saham sebesar Rp211,3 miliar kemarin, outflow pertama dalam lima hari terakhir secara keseluruhan aktivitas investor asing di pasar Indonesia tetap positif sepanjang bulan ini, dengan net inflow mencapai Rp4,2 triliun.

Rully menuturkan nilai tukar rupiah juga stabil, menutup hari di level Rp16.273 per USD. Di pasar obligasi pemerintah Indonesia (SBN), arus masuk dana tercatat sangat kuat, mencapai Rp20,9 triliun. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun sedikit naik, ditutup pada 6,83 persen.
 

Baca juga: 

IHSG Fluktuatif, Cek Rekomendasi Saham Pagi Ini



(Ilustrasi IHSG. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Sejalan dengan tren global yang menguat

Semalam, indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat kenaikan signifikan, masing-masing naik 1,8 persen dan 2,1 persen dan ditutup pada level 42.343,7 dan 5.921,5. Penguatan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump memperpanjang tenggat waktu untuk penerapan tarif 50 persen, sehingga meredakan kekhawatiran investor.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor panjang mengalami penurunan, di mana yield obligasi tenor 20 tahun dan 30 tahun turun di bawah level 5,0 persen untuk pertama kalinya dalam empat hari terakhir.

Pekan lalu, pasar obligasi global sempat mengalami gejolak akibat kekhawatiran fiskal setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS serta ketidakpastian terkait rancangan undang-undang (RUU) pajak era Trump. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)