Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 10 September 2025 11:19
Teheran: Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyepakati kerangka kerja sama baru pada Selasa, 9 September, setelah hubungan keduanya sempat ditangguhkan menyusul perang dengan Israel pada Juni lalu.
Kesepakatan tersebut ditandatangani di Kairo oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi. Grossi menyebut perjanjian ini sebagai “langkah penting ke arah yang benar.”
Mengutip dari France 24, Rabu, 10 September 2025, ini menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama Iran dengan IAEA sejak penghentian kerja sama akibat serangan udara Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.
Teheran sebelumnya menuduh IAEA gagal mengecam serangan itu, dan menegaskan kerja sama mendatang akan dijalankan dengan format baru.
“Hari ini kami menyelesaikan perundingan akhir untuk memfinalisasi pemahaman terkait pelaksanaan komitmen pengamanan Iran pasca serangan tidak sah terhadap instalasi nuklir kami,” kata Araghchi dalam konferensi pers bersama Grossi dan Menlu Mesir Badr Abdelatty.
Araghchi menekankan kesepakatan ini “sepenuhnya konsisten” dengan undang-undang Iran yang melarang kerja sama penuh dengan IAEA, namun tetap memungkinkan interaksi terbatas.
Sebelumnya, penangguhan kerja sama Iran mengharuskan setiap kunjungan pengawas nuklir mendapat persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi. Inspeksi terakhir bulan lalu hanya sebatas memantau penggantian bahan bakar di PLTN Bushehr, tanpa akses ke situs utama seperti Fordo dan Natanz yang terkena serangan pada Juni.
Grossi menyebut perjanjian di Kairo sebagai “pintu yang terbuka.” Abdelatty menambahkan Mesir berharap kesepakatan ini bisa menjadi titik awal hubungan yang lebih transparan. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi juga memuji kesepakatan itu sebagai langkah positif menuju deeskalasi.
Meski demikian, ketidakpastian masih membayangi. Inggris, Prancis, dan Jerman telah memulai langkah memberlakukan kembali sanksi PBB pada Agustus, menuding Iran melanggar perjanjian nuklir 2015. Iran mengecam langkah itu sebagai ilegal dan memperingatkan bahwa kekuatan Eropa bisa tersingkir dari perundingan mendatang.
Sementara itu, perundingan Iran dengan Amerika Serikat yang sempat dimulai April lalu terhenti setelah serangan Israel pada Juni. Teheran kini menuntut jaminan agar tidak ada aksi militer sebelum kembali ke meja negosiasi.
Pekan lalu, Kepala Keamanan Nasional Iran Ali Larijani menyatakan pemerintahnya terbuka untuk melanjutkan pembicaraan dengan Washington, namun menolak segala pembatasan terhadap program misilnya.
Baca juga: Iran Izinkan Kembali Inspektur IAEA, Tapi Batasi Akses