PM Israel Benjamin Netanyahu. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 18 November 2025 14:18
Tel Aviv: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok pemukim ekstremis di Tepi Barat pada Senin, 17 November 2025. Pernyataan itu disampaikan setelah bentrokan dan pembakaran rumah warga Palestina terjadi di desa Jab'a. Netanyahu berjanji akan menindak para pelaku dan segera bertemu dengan sejumlah menteri untuk membahas meningkatnya kekerasan pemukim.
“Kelompok ekstremis ini tidak mewakili pemukim Israel. Kami akan menangani mereka sesuai hukum,” ujar Netanyahu dalam pernyataan resminya, sebagaimana dikutip dari France 24, Selasa, 18 November 2025.
Insiden di Jab'a terjadi hanya beberapa jam setelah pasukan keamanan Israel membongkar pos pemukiman ilegal Tzur Misgavi di kawasan Gush Etzion.
Dalam kejadian tersebut, puluhan pemukim membakar rumah dan kendaraan milik warga Palestina. Bentrokan juga pecah antara aktivis gerakan Hilltop Youth dan pasukan keamanan saat proses evakuasi berlangsung, dengan demonstran memanjat ekskavator dan berhadapan dengan tembakan gas air mata.
Netanyahu kembali menegaskan penolakannya terhadap “kerusuhan kekerasan dan upaya sekelompok ekstremis untuk mengambil hukum ke tangan mereka sendiri,” sambil menyerukan aparat penegak hukum agar bertindak sesuai aturan.
Menteri Pertahanan Yoav Katz menyatakan pemerintah tetap akan menegakkan hukum sambil “terus mengembangkan dan memperluas pemukiman,” dan menggambarkan pelaku kekerasan sebagai “anarkis kriminal.”
Data PBB menunjukkan bahwa Oktober 2025 menjadi bulan paling buruk terkait kekerasan pemukim sejak pencatatan dimulai pada 2006, dengan 264 serangan yang menyebabkan korban jiwa atau kerusakan properti. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 1.006 warga Palestina tewas di Tepi Barat sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.
Panglima Militer Israel Eyal Zamir pekan lalu berjanji menghentikan serangkaian kekerasan pemukim setelah terjadi sejumlah serangan terhadap warga Palestina. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Gideon Saar mengkritik aksi para “pendemo Yahudi” yang dinilainya merugikan Israel dan “mempermalukan Yahudi serta merusak usaha pemukiman.”
Pemimpin oposisi Yair Lapid menyebut kerusuhan di Jab'a sebagai “tahap baru dalam eskalasi kekerasan,” sementara militer Israel mengakui insiden semacam ini “mengalihkan perhatian komandan dan tentara dari misi utama pertahanan dan kontra-terorisme.”
Dengan lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di pemukiman Tepi Barat bersama sekitar tiga juta warga Palestina, tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat. Seluruh pemukiman Israel di wilayah Palestina dinilai ilegal berdasarkan hukum internasional, meski banyak pos pemukiman akhirnya dilegalkan oleh otoritas Israel. (Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga: Pembakaran Masjid di Tepi Barat oleh Pemukim Israel Tuai Kecaman Internasional