Asal Usul Cupid, Dewa Cinta yang Jadi Maskot Hari Valentine

Kartu Ucapan Selamat Hari Valentine yang Menggambarkan Cupid, tahun 1900-an. (Ephemera Obscura)

Asal Usul Cupid, Dewa Cinta yang Jadi Maskot Hari Valentine

Riza Aslam Khaeron • 12 February 2025 12:48

Jakarta: Hari Valentine yang akan jatuh pada 14 Februari 2025, identik dengan cinta dan kasih sayang. Selain bunga dan cokelat, salah satu simbol ikonik yang menghiasi perayaan ini adalah sosok Cupid, dewa cinta yang digambarkan sebagai bayi bersayap dengan busur dan anak panah.

Namun, bagaimana sebenarnya asal-usul Cupid hingga menjadi maskot Hari Valentine? Berikut ulasannya berdasarkan sejarah dan mitologi kuno.
 

Cupid dalam Mitologi Yunani: Eros Sang Dewa Keinginan


Foto: Patung Dewa Cinta Yunani, Eros. (Miguel Hermoso Cuesta)

Cupid memiliki akar mitologis dari dewa Yunani bernama Eros. Eros merupakan personifikasi keinginan dan cinta, anak dari dewi cinta Aphrodite. Pada periode Arkaik sekitar 700 SM, Eros digambarkan sebagai pemuda tampan dan berkuasa yang mampu memanipulasi hati manusia dan dewa.

"Dalam sumber-sumber literatur Yunani, dia digambarkan tak terkalahkan," ujar Richard Martin, profesor kajian klasik di Stanford University, melansir TIME pada Rabu, 12 Februari 2025.

Eros sering dianggap sebagai sosok yang menimbulkan kekacauan karena kekuatannya yang tidak terbendung. Dalam tragedi Yunani, seperti "Antigone" karya Sophocles dan "Hippolytus" karya Euripides, kekuatan cinta Eros digambarkan sebagai kekuatan yang membawa penderitaan.

Dengan kemampuannya, Eros menciptakan perasaan cinta yang tak terduga, sering kali dengan konsekuensi tragis. Salah satu puisi klasik bahkan menggambarkan Eros sebagai kekuatan kosmik yang mampu mengubah takdir manusia dan dewa.

Dalam ode paduan suara Sophocles dalam "Antigone," Eros dilukiskan sebagai kekuatan yang tidak dapat dihentikan: "[Eros] tak terkalahkan dalam pertempuran, [Eros] yang jatuh pada harta manusia, kamu yang menghabiskan malam di pipi lembut seorang gadis." Gambaran ini menekankan sifat universal cinta sebagai sesuatu yang dapat menyentuh semua makhluk, baik manusia maupun dewa.

Eros juga digambarkan sebagai sumber ketakutan. Dalam "Hippolytus" karya Euripides, cinta yang dipaksakan oleh Eros dapat membawa tragedi besar.

"Aku berdoa agar cinta tidak pernah datang kepadaku dengan niat membunuh, dalam irama yang tak terkendali," tulis Euripides, menggambarkan bagaimana kekuatan Eros sering kali menciptakan kehancuran.
 

Transformasi dari Yunani ke Romawi: Eros Menjadi Cupid


Foto: Patung Dewa Cinta Romawi, Cupid. (Marie-Lan Nguyen)

Ketika mitologi Yunani diadopsi oleh Romawi, Eros mengalami perubahan besar. Orang Romawi menyebutnya Cupid, yang juga berarti keinginan. Sosok Cupid tidak lagi digambarkan sebagai pemuda tampan, melainkan sebagai bayi bersayap yang nakal.

"Cara untuk mengontrol dan meredam kekuatan Eros adalah dengan membuatnya kekanak-kanakan," jelas Martin. Dalam mitologi Romawi, Cupid lebih sering bertindak atas perintah ibunya, Venus, dewi cinta versi Romawi. Perubahan ini mencerminkan kebutuhan masyarakat Romawi untuk menghadirkan sosok yang lebih ramah dan menyenangkan.

Namun, transformasi ini tidak hanya sekadar perubahan visual. Dalam budaya Romawi, Eros yang menjadi Cupid lebih banyak digunakan untuk menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang menghibur dan romantis.

Sosok Cupid mulai diasosiasikan dengan tema kasih sayang yang ringan, sering digambarkan dalam seni patung dan lukisan sebagai bayi yang nakal tetapi penuh pesona. Patung-patung Romawi menunjukkan Cupid sebagai figur kecil yang membawa busur dan panah, simbolisasi dari kemampuannya untuk menciptakan cinta di antara manusia.

"Dia hanya bertindak atas kehendak ibunya, Venus," lanjut Martin.

Dalam konteks ini, Cupid menjadi penghubung antara manusia, memfasilitasi hubungan dan perasaan cinta, tetapi tidak lagi memiliki kekuatan besar yang menakutkan seperti Eros dalam mitologi Yunani.

Romawi juga memperluas makna Cupid dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai festival dan ritual, Cupid kerap dijadikan simbol keberuntungan dalam hubungan asmara. Pandangan ini bertahan dan berkembang seiring waktu, memberikan dasar bagi Cupid untuk menjadi ikon kasih sayang yang kita kenal saat ini.
 

Peran Renaissance dan Revolusi Industri


Gambar: Luiksan Cupid Victorious. (Caravaggio, 1602)

Pada era Renaissance, seni Eropa menghidupkan kembali sosok Cupid melalui lukisan dan patung. Salah satu karya terkenal adalah lukisan "Cupid Victorious" karya Caravaggio pada tahun 1602, yang menggambarkan Cupid sebagai anak kecil telanjang dengan sayap dan busur.

Renaissance menjadi periode penting dalam evolusi Cupid, di mana ia sering digambarkan dalam konteks cinta yang romantis dan spiritual. Lukisan-lukisan seperti "Venus dan Cupid" oleh Titian menekankan hubungan antara dewi cinta dan putranya, menunjukkan bagaimana cinta dapat menjadi sumber inspirasi yang mendalam dalam seni dan budaya.

Seiring berkembangnya zaman, sosok Cupid semakin populer, terutama pada abad ke-19. Samantha Bradbeer, sejarawan Hallmark Cards, Inc., menjelaskan kepada TIME bahwa pada awal tahun 1900-an, Cupid mulai muncul di kartu ucapan Hari Valentine.

Popularitas ini semakin meningkat dengan adanya teknologi cetak massal dan reformasi sistem pos di Amerika Serikat yang membuat kartu ucapan menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum.

Reformasi pos pada tahun 1850-an yang dilakukan oleh Kongres Amerika Serikat, termasuk pengurangan tarif pengiriman surat, mempermudah masyarakat untuk saling berkirim kartu ucapan. Hal ini bersamaan dengan revolusi industri yang membawa kemajuan dalam teknologi mesin cetak.

Ketika Hallmark mulai memproduksi kartu Hari Valentine secara massal pada tahun 1916, pengiriman kartu menjadi jauh lebih murah dan lebih mudah.

Bradbeer mencatat bahwa industri kartu ucapan berkembang pesat, dengan Hari Valentine menjadi salah satu hari libur terbesar.

"Setiap tahun, sekitar 145 juta kartu Valentine dikirimkan, tidak termasuk kartu yang dipertukarkan di kelas anak-anak," ujarnya. Data ini menggambarkan betapa besar pengaruh Cupid sebagai simbol cinta di era modern.

Dengan kemajuan teknologi cetak dan popularitas yang terus meningkat, Cupid menjadi ikon yang menghiasi kartu, dekorasi, dan hadiah Valentine. Dari seni tinggi Renaissance hingga budaya populer abad ke-19 dan ke-20, sosok Cupid terus berkembang sebagai lambang cinta universal.
 
Baca Juga:
Kisah Santo Valentine, Tokoh Kristen yang Menginspirasi Hari Valentine
 

Cupid sebagai Simbol Modern Hari Valentine


Gambar: Kartu Ucapan Selamat Hari Valentine yang Menggambarkan Cupid, 1909. (Chordboard / Domain Publik)

Hingga saat ini, Cupid tetap menjadi maskot Hari Valentine yang melambangkan cinta dan kasih sayang. Meski akar mitologinya penuh dengan kekuatan yang tak terkendali, Cupid modern lebih mencerminkan sisi romantis dan menyenangkan dari cinta.

“Kadang-kadang, orang membutuhkan sedikit dorongan untuk mengambil langkah pertama — untuk lebih mengekspresikan diri mereka,” kata Bradbeer. “Saya pikir kadang-kadang memiliki gambar Cupid pada kartu di belakang pasangan, dia (Cupid) seperti mendorong mereka untuk melakukan hal itu: mengekspresikan cinta dan persahabatan mereka.”.

Dengan busur dan panahnya, Cupid menjadi simbol penghubung hati yang membuat perayaan Hari Valentine semakin istimewa.

Cupid telah melalui perjalanan panjang dari sosok dewa Yunani yang kuat hingga menjadi bayi bersayap yang penuh keceriaan. Keberadaannya pada kartu ucapan, dekorasi, hingga seni populer menjadikannya bagian tak terpisahkan dari perayaan cinta yang dirayakan di seluruh dunia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)