Santo Valentine membaptis Santo Lucilla. (Jacopo Bassano/Jacopo da Ponte, 1500-an via Wikimedia Commons)
Riza Aslam Khaeron • 11 February 2025 14:59
Jakarta: Pada setiap tanggal 14 Februari, dunia merayakan Hari Valentine dengan pertukaran kartu, bunga, dan cokelat. Namun, apakah Anda tahu kisah asli di balik tokoh yang menjadi inspirasi hari tersebut?
Mengutip Lisa Bitel, seorang profesor sejarah dan agama di USC Dornsife College, pada Selasa, 11 Februari 2025, Santo Valentine sebenarnya bukan pelindung cinta seperti yang banyak dipercayai. Berikut kisahnya.
Kisah Sang Martir Santo Valentine
Hari Valentine sebenarnya berakar dari perayaan liturgi untuk memperingati martir Kristen yang dipenggal pada abad ke-3. Lisa Bitel menjelaskan bahwa sumber-sumber kuno mengungkapkan bahwa ada beberapa tokoh bernama Valentine yang wafat pada tanggal 14 Februari.
Dua di antaranya dieksekusi selama masa pemerintahan Kaisar Romawi Claudius Gothicus pada tahun 269-270 M.
“Valentine pertama disebutkan meninggal di Afrika bersama 24 tentara, meskipun informasi lebih lanjut tentang dirinya tidak ditemukan,” tulis Bitel di The Conversiation.
Valentine kedua adalah seorang imam di Roma yang ditangkap dan dipenjara karena menyebarkan ajaran Kristen. Menurut legenda abad pertengahan yang dicatat dalam "Acta Sanctorum" oleh para Bollandis, Valentine ini mampu menyembuhkan anak angkat seorang pejabat Romawi dari kebutaan dengan doa:
"
Tuhan Yesus Kristus, terangilah hambamu, karena Engkaulah Allah, Cahaya yang Sejati"
Keajaiban ini membuat pejabat tersebut dan keluarganya memeluk agama Kristen. Namun, tindakan ini memicu kemarahan Kaisar Claudius yang memerintahkan eksekusi. Valentine akhirnya dipenggal pada 14 Februari 269 dan dimakamkan di Via Flaminia.
Menurut Catholic Online, Valentine pernah menulis surat terakhir kepada putri Hakim Asterius yang telah disembuhkannya. Surat ini ditandatangani dengan frasa "Your Valentine," yang dianggap sebagai asal usul ungkapan yang populer digunakan hingga kini. Surat tersebut menggambarkan kasih sayang dan keyakinan Valentine hingga saat-saat terakhir hidupnya.
Melansir Catholic Online, Valentine juga dijatuhi hukuman karena menikahkan pasangan-pasangan Kristen secara rahasia. Pernikahan ini dilakukan untuk membantu para pria Kristen yang ingin menghindari wajib militer, sebuah tindakan yang dianggap ilegal oleh Kaisar Claudius.
Valentine percaya bahwa pernikahan adalah sakramen yang suci dan tetap melaksanakan misi ini meskipun berisiko tinggi. Akibatnya, Valentine ditangkap dan dijatuhi hukuman mati atas tuduhan melanggar hukum Romawi.
Valentine ketiga adalah seorang uskup di Terni, Italia, yang juga dieksekusi atas tuduhan menyebarkan ajaran Kristen. Ada kemungkinan bahwa cerita dari Valentine kedua dan ketiga adalah variasi dari tokoh yang sama. Terlepas dari ini, tidak ada bukti bahwa salah satu Valentine memiliki kaitan langsung dengan cinta romantis.
Santo Valentine dan Cinta Romantis
Meskipun cerita-cerita ini heroik, tidak ada bukti sejarah bahwa Santo Valentine memiliki kaitan dengan cinta romantis. Lisa Bitel menegaskan, “Legenda abad pertengahan yang menyatakan bahwa Santo Valentine mengadakan pernikahan rahasia untuk pasangan Kristen atau mengirimkan catatan cinta dari penjara tidak memiliki dasar sejarah.”
Hubungan Valentine dengan cinta baru muncul lebih dari seribu tahun setelah kematiannya, saat Geoffrey Chaucer, penulis "The Canterbury Tales," mengaitkan Hari Valentine dengan musim kawin burung dalam puisinya, "Parlement of Foules."
Dalam puisi itu, Chaucer menulis, "Pada Hari Santo Valentine, setiap burung datang untuk memilih pasangannya." Asosiasi ini kemudian diadopsi oleh kalangan bangsawan Eropa yang mulai mengirimkan catatan cinta selama musim kawin burung.
Misalnya, Duke of Orléans, saat dipenjara di Tower of London pada tahun 1415, menulis surat kepada istrinya yang menyebutnya sebagai "Valentine-ku yang lembut."
Shakespeare juga berperan dalam menghubungkan Valentine dengan cinta romantis. Dalam "Hamlet," Ophelia menyebut dirinya sebagai Valentine untuk Hamlet. Selama berabad-abad berikutnya, tradisi ini berkembang dengan dukungan industrialisasi yang memudahkan produksi massal kartu Valentine yang dihiasi puisi cinta dan ornamen romantis.
Dari Martir ke Komoditas
Dalam tradisi Kristen abad pertengahan, relikui atau peninggalan fisik Santo Valentine memiliki nilai spiritual yang tinggi. Banyak gereja di Eropa, seperti Santa Maria in Cosmedin di Roma dan Whitefriar Street Church di Dublin, mengklaim memiliki bagian dari tubuh Valentine.
Relikui ini dipercaya mampu menyembuhkan penyakit, menghentikan epidemi, dan melindungi komunitas dari bahaya.
Hari Valentine modern mulai berkembang pada abad ke-19 dengan hadirnya kartu ucapan dan cokelat. Lisa Bitel mencatat bahwa industrialisasi memungkinkan produksi massal kartu dan hadiah, sementara perusahaan seperti Cadbury dan Hershey’s mempopulerkan cokelat sebagai simbol kasih sayang.
Dengan cepat, Hari Valentine berubah dari perayaan religius menjadi fenomena budaya dan ekonomi.
Kisah Santo Valentine adalah perpaduan antara sejarah, legenda, dan tradisi. Meskipun banyak mitos yang melingkupinya, Hari Valentine tetap menjadi momen untuk merayakan cinta dalam berbagai bentuknya.
Seperti yang dikatakan Lisa Bitel, "Santo Valentine dan reputasinya sebagai pelindung cinta bukanlah soal sejarah yang dapat diverifikasi, melainkan soal iman."