Truk bantuan kemanusiaan bertolak menuju Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 28 July 2025 09:21
Gaza: Otoritas lokal di Gaza melaporkan bahwa hanya 73 truk bantuan kemanusiaan yang berhasil masuk ke wilayah tersebut dalam 24 jam terakhir, di tengah krisis kelaparan yang semakin meluas akibat blokade Israel yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Dalam pernyataan resminya pada Minggu, 27 Juli 2025, Kantor Media Pemerintah Gaza menyebutkan bahwa bencana kemanusiaan kini telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Setidaknya 133 warga telah meninggal dunia akibat kelaparan di Gaza, termasuk 87 anak-anak, sejak dimulainya serangan militer Israel pada 7 Oktober 2023, yang digambarkan sebagai “perang genosida.”
“Kelaparan menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dan kini memengaruhi seluruh penduduk Gaza, termasuk 1,1 juta anak-anak,” demikian pernyataan tersebut, seperti dikutip Yeni Safak, Senin, 28 Juli 2025.
Meski sejumlah negara dan organisasi internasional telah menjanjikan pengiriman ratusan truk bantuan ke Gaza, otoritas Palestina mengatakan hanya 73 truk yang benar-benar berhasil masuk dalam sehari terakhir. Banyak di antaranya bahkan dilaporkan mengalami penjarahan atau hambatan, diduga di bawah pengawasan ketat militer Israel.
Pihak berwenang juga menyebut bahwa hanya tiga pengiriman bantuan udara (airdrops) yang dilakukan selama periode tersebut, dengan muatan total yang setara dengan dua truk bantuan saja. Namun, ketiga airdrops itu jatuh di “zona merah,” wilayah pertempuran aktif menurut peta militer Israel yang tidak dapat dijangkau dengan aman oleh warga sipil yang kelaparan.
“Apa yang terjadi saat ini adalah lelucon tragis,” kata pernyataan Kantor Media Gaza, seraya menuduh masyarakat internasional terlibat dalam penderitaan ini melalui “janji-janji palsu” dan informasi menyesatkan dari kekuatan besar seperti Amerika Serikat.
Pihak Palestina kembali menegaskan permintaan mereka agar seluruh perlintasan perbatasan dibuka tanpa syarat, dan agar pengiriman makanan, air, serta susu bayi segera diizinkan masuk.
Menurut perhitungan otoritas Gaza, untuk memenuhi kebutuhan dasar 2,4 juta penduduk di wilayah itu, dibutuhkan sedikitnya 600 truk bantuan setiap harinya. Namun, blokade yang diperketat Israel sejak 2 Maret membuat seluruh jalur masuk termasuk perlintasan darat utama seperti Rafah dan Kerem Shalom ditutup sepenuhnya.
Sementara itu, militer Israel pada hari yang sama mengumumkan rencana penghentian sementara operasi militer di beberapa titik untuk memungkinkan pengiriman bantuan melalui koridor aman yang telah ditentukan. Namun, hingga kini, efektivitas dari kebijakan ini belum terlihat di lapangan.
Di sisi lain, Yordania melaporkan telah melakukan tiga airdrops tambahan di Gaza pada hari Minggu, bekerja sama dengan Uni Emirat Arab.
Situasi kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik nadir. Cuplikan video dari berbagai sumber menunjukkan warga sipil yang sangat kurus, banyak yang tinggal kulit dan tulang, roboh karena kelelahan, dehidrasi, dan kelaparan berkepanjangan.
Israel telah memberlakukan blokade atas Gaza selama 18 tahun terakhir, dan sejak serangan pada 7 Oktober 2023, intensitas militer meningkat secara drastis. Hingga kini, hampir 60.000 warga Palestina telah terbunuh, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Infrastruktur di seluruh Jalur Gaza hancur, dan kelangkaan makanan menjadi masalah utama.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait aksi militernya di Gaza. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Korban Tewas Kelaparan di Gaza Tembus 133 Jiwa, Termasuk 87 Anak-Anak