Monumen Pancasila Sakti. Foto: Medcom.id/Faisal Abdalla
Whisnu Mardiansyah • 30 September 2025 08:18
Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang terjadi pada malam Rabu, 29 September hingga Jumat, 1 Oktober 1965 menjadi babak kelam dalam sejarah Indonesia. Tujuh perwira Tni Angkatan Darat menjadi korban penculikan dan pembunuhan oleh kelompok yang menyebut diri mereka Gerakan 30 September.
Korban terdiri dari Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Suprapto, Mayor Jenderal MT Haryono, Mayor Jenderal S Parman, Brigadir Jenderal DI Pandjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, serta Letnan Satu Pierre A. Tendean. Lettu Tendean gugur dalam upaya penyelamatan Jenderal AH Nasution yang berhasil meloloskan diri.
Kronologi utama peristiwa dimulai pada dini hari Jumat, 1 Oktober 1965. Pasukan di bawah pimpinan Letkol Untung dari Cakrabirawa bergerak dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma menuju kediaman para jenderal di Jakarta. Para perwira yang berhasil diculik kemudian dibawa ke kompleks Lubang Buaya. Di lokasi tersebut, mereka mengalami penyiksaan sebelum akhirnya dieksekusi dan jenazahnya dibuang ke dalam sumur tua.
Sementara operasi penculikan berlangsung, kelompok G30S menguasai Lapangan Merdeka. Mereka menyiarkan pengumuman melalui Radio Republik Indonesia tentang pembentukan "Dewan Revolusi" yang mengklaim bertujuan menyelamatkan Republik Indonesia. Pascaperistiwa tersebut, tekanan politik terhadap Presiden Soekarno untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin menguat. PKI dituding sebagai dalang utama di balik gerakan tersebut.
Baca: #OnThisDay: Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya 19 September 1945 |