Rupiah Melemah Lagi ke Rp15.828/USD di Awal Pekan

Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Rupiah Melemah Lagi ke Rp15.828/USD di Awal Pekan

Husen Miftahudin • 29 January 2024 10:28

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 Januari 2024, rupiah hingga pukul 09.58 WIB berada di level Rp15.828 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis tiga poin atau setara 0,02 persen dari Rp15.825 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar keuangan sekarang menunggu isyarat baru mengenai kebijakan moneter AS, dimulai dengan data indeks harga PCE, alat pengukur inflasi pilihan The Fed, karena data PDB kuartal keempat tumbuh lebih dari yang diharapkan. Pembacaan tersebut diperkirakan menegaskan kembali inflasi tetap keras pada Desember.

"Inflasi yang stagnan, ditambah dengan meningkatnya tanda-tanda ketahanan perekonomian AS, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ungkap Ibrahim.

Di sisi lain, Bank Rakyat Tiongkok secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hampir USD140 miliar likuiditas ke dalam perekonomian.

Namun, para analis masih mempertanyakan seberapa besar dukungan ekonomi yang akan diberikan melalui stimulus moneter, mengingat Tiongkok sedang bergulat dengan perlambatan parah dalam belanja konsumen dan bisnis.

"Pemulihan ekonomi pascacovid juga gagal terwujud pada 2023, dan membuat sebagian besar sentimen terhadap Tiongkok tetap negatif. Fokus saat ini beralih ke data indeks manajer pembelian negara tersebut, yang akan dirilis minggu depan, untuk mengetahui lebih banyak isyarat mengenai perekonomian," jelas dia.

Baca juga: Harga Minyak Naik Usai Serangan Houthi ke Kapal Tanker di Laut Merah
 

Ekonomi global terus bergejolak


Ibrahim mengungkapkan, ekonomi global terus bergolak akibat memanasnya tensi politik baik di Timur Tengah maupun Eropa. Namun, momen pemilu 2024 bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) di Tanah Air. Hal tersebut ditopang oleh stabilitas politik terjaga dengan baik.

"Secara historis, momen pemilu atau pilpres dan pileg berkontribusi pada pertumbuhan PDB riil pada satu sampai tiga kuartal sebelum dan sesudah pesta demokrasi rakyat, yang biasanya terkonfirmasi beberapa komponen PDB akan naik," jelas Ibrahim.

Adapun, pertumbuhan tersebut akan didorong oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) untuk persiapan pemilu. Artinya siklus pemilu, nantinya akan tinggi di LNPRT.

"Karena ini lembaga nonprofit melayani rumah tangga, kebanyakan organisasi massa dan parpol di sana walaupun share-nya kecil," ungkap dia.

Selain itu, uang beredar dalam arti luas (M2) juga akan tumbuh di momen pemilu. Data dari Bank Indonesia (BI) per Desember 2023 meningkat menjadi Rp8.824,7 triliun, tumbuh 3,5 persen (yoy )lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3 persen (yoy).

"Dari ukuran money supply, M2 berarti sudah memperhitungkan tabungan, deposito dan dana pasar uang di M2, itu juga confirm pada siklus lima tahunan memasuki tahapan pemilu dan setelahnya justru sangat positif terhadap ekonomi Indonesia," tutur Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.820 per USD hingga Rp15.890 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)