Rupiah Selasa Sore Menguat Tipis ke Rp15.520/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Selasa Sore Menguat Tipis ke Rp15.520/USD

Husen Miftahudin • 9 January 2024 16:25

Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan. Meskipun, penguatan tersebut tipis.

Mengutip data Bloomberg, Selasa, 9 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.520 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat lima poin atau setara 0,04 persen dari posisi Rp15.525 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, para pedagang tetap sangat bias terhadap dolar menjelang data indeks harga konsumen utama yang dirilis pada Kamis ini.

Angka tersebut diperkirakan menunjukkan sedikit peningkatan inflasi pada Desember, ditambah dengan kuatnya data nonfarm payrolls, memberikan The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

"Hal ini mendorong penurunan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal, yang pada gilirannya membuat emas kehilangan beberapa keuntungan yang diperoleh pada bulan Desember. Logam kuning masih mengakhiri tahun 2023 dengan kenaikan 10 persen," ucap Ibrahim.

Menurut dia, pejabat Fed juga menolak ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal. Presiden Fed Atlanta Ralph Bostic mengatakan dengan inflasi yang masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar dua persen, ia tetap bias terhadap kebijakan yang tetap ketat dalam jangka pendek.

Meskipun Bostic masih memperkirakan suku bunga akan turun pada 2024, ia hanya memperkirakan penurunan sebesar 50 basis poin, jauh lebih kecil dari ekspektasi pasar. Para pedagang juga terlihat terus mengurangi spekulasi The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret.

Alat CME Fedwatch sekarang menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang 59,4 persen untuk pemotongan suku bunga di Maret, turun dari 64 pesen yang terlihat pada Senin dan 70,7 persen yang terlihat pada minggu lalu.

Selain data AS, fokus minggu ini juga tertuju pada angka inflasi dan perdagangan Tiongkok untuk Desember, yang akan dirilis pada Jumat.

"Negara importir komoditas terbesar di dunia ini diperkirakan masih mengalami disinflasi pada bulan Desember, sementara aktivitas perdagangan, terutama ekspor diperkirakan juga menurun," sebut Ibrahim.

Baca juga: Dolar AS Hentikan Reli, Giliran Rupiah Unjuk Gigi
 

Cadangan devisa RI melonjak


Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia di 2023 mencapai USD146,4 miliar, melonjak USD8,3 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar USD138,1 miliar.

Menurut Ibrahim, peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga dari bank sentral global terutama The Fed yang berdampak terhadap penguatan Rupiah sebesar 0,73 persen secara bulanan (mtm) atau 1,10 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp15.396 per USD.

Setelah siklus kenaikan suku bunga yang agresif sejak awal 2022, pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal pertama 2024, sejalan dengan penurunan inflasi secara bertahap dan indikasi soft landing di AS.

"Di sisi lain, ekonomi AS tumbuh secara tahunan sebesar 4,9 persen pada kuartal ketiga 2023, lebih rendah dari 5,2 persen pada perkiraan kedua. Oleh karena itu, sentimen tersebut telah memberikan dampak positif bagi pasar keuangan domestik," ucap Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup menguat.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.490 per USD hingga Rp15.550 per USD," tutup Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)