Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Ari Wibowo. (tangkapan layar)
Siti Yona Hukmana • 9 December 2024 19:24
Jakarta: Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Ari Wibowo menceritakan pengalamannya menjadi salah satu penulis Buku Orang Baik Belajar Antikorupsi (BOBA). Buku BOBA ini salah satu yang diluncurkan Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Pencegahan Korupsi Polri.
Ari mengaku sempat gemetar saat proses penulisan sub bab bertajuk Demokrasi yang Tergadai oleh Partai Politik. Di situ dia menulis tentang kasus pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI Fraksi PDIP periode 2019-2024 yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan tersangka mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan.
"Ini kasus yang saya tulis dengan gemetar, karena meskipun terpidananya adalah Wahyu Setiawan, tetapi aktor yang banyak diulas adalah Harun Masiku," kata Ari dalam acara peluncuran buku oleh Satgassus Pencegahan Anti Korupsi Polri yang digelar di Auditorium Mutiara STIK-PTIK, Jakarta Selatan, Senin, 9 Desember 2024.
Harun Masiku hingga kini masih menjadi buronan KPK. Ari menjelaskan kasus itu terkait dengan Hasil Pemilu 2019. KPK Menduga Harun Masiku menyuap Wahyu supaya menetapkannya sebagai anggota DPR RI menggantikan Nazarudin Kiemas yang meninggal dunia.
"Ini terkait dengan kasus di mana calon nomor urut 1 DPR Dapil Sumatera Selatan, Dapil 1, Nazaruddin Kiemas meninggal dunia, yang seharusnya berdasarkan peraturan KPU yang akan menggantikan adalah Rizki Aprilia, calon nomor urut 2 dan perolehan suaranya tertinggi," ungkap Ari.
Tetapi, kata Ari, hasil rapat pleno DPP PDI Perjuangan mengusulkan yang menggantikan adalah Harun Masiku. Padahal Harun Masiku kala itu calon nomor urut 6 dan masih ada empat calon lain yang meraih suara lebih banyak.
Dari kasus itu, Ari menyimpulkan ada dua hal penting yang perlu disampaikan dalam buku pendidikan antikorupsi yang ia tulis. Pertama terkait gurita partai politik.
"Ternyata partai politik itu kakinya ada di mana-mana. Upaya pertama yang dilakukan melalui KPU, dengan menyuap Wahyu Setiawan sebagai komisioner," jelas Ari.
Bersyukur tidak semua komisioner KPU setuju dengan usulan Wahyu Setiawan. Maka, akhirnya kasus masuk ke lembaga peradilan, yaitu mengajukan
judicial review (JR) atas peraturan KPU itu ke Mahkamah Agung (MA).
Adapun saat itu MA memutuskan bahwa calon yang menggantikan Nazarudin adalah kader terbaik yang dipilih oleh partai politik. Tetapi, KPU berkeputusan lain, dengan menetapkan Rizki Aprilia menggantikan Nazaruddin Kiemas sesuai peraturan KPU.
Kemudian, Ari berbicara tentang gurita di KPK. Namun, dia menyebut tidak seluruhnya dituangkan dalam buku yang ia tulis. Mengingat kasusnya yang dinilai
extraordinary atau luar biasa.
"Ini masih banyak hal yang kami tidak ungkap dalam buku ini karena terlalu berisiko. Ternyata behind the scene-nya itu luar biasa, sangat menggetarkan," tutur Ari.
Di sisi lain, Ari menyinggung tentang pemilihan lokasi peluncuran buku hari ini yaitu tempat hilangnya Harun Masiku. Ari merasa terobek usai membaca undangan peluncuran buku berada di PTIK.
"Saya ingat bagaimana ketika saya menulis drama itu. Karena di situlah Harun Masiku itu hilang dan sampai sekarang tidak ditemukan," ucapnya.
Ari mengisahkan saat itu Harun Masiku sudah dalam pantauan penyidik Lembaga Antirasuah. Tetapi ternyata penangkapan Wahyu Setiawan oleh KPK di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten bocor. Sehingga, Harun Masiku mendapat celah dan melarikan diri.
"Harun Masiku kemudian dihubungi oleh salah satu orang partai politik untuk mencelupkan HP-nya biar tidak terdeteksi. Kemudian, akhirnya tetap terpantau dengan seseorang menuju ke PTIK bersama dengan salah satu petinggi partai politik," kisah Ari.
Berawal dari itu lah, kata Ari, terjadi drama. Karena tim KPK itu dimasukkan dalam ruang tertentu, diinterogasi oleh orang-orang yang berjaga di PTIK.
"Dan akhirnya dijemput oleh deputi penyidikan KPK karena terkait dengan keamanan. Akhirnya pulang tim KPK dan hilanglah Harun Masiku sampai dengan sekarang," ujar dia.
Terbaru, kata Ari, KPK menyebut menemukan mobil milik Harun Masiku dan sejumlah dokumen di dalamnya. Ari berharap temuan baru itu bisa menjadi petunjuk ditemukannya Harun Masiku. Terlebih, dia mendengar akan ada beberapa aktor yang terungkap bila Harun Masiku ditangkap.
"Yang terakhir, ketika dilakukan suap terhadap Wahyu Setiawan, maka ada kata yang membuat demokrasi ini menjadi tergadai. Ketika dihubungi minta bantuan agar Harun Masiku bisa dilantik menjadi anggota DPR, maka Wahyu Setiawan itu hanya mengatakan siap mainkan. Ternyata itulah yang menyebabkan demokrasi tergadai," ungkapnya.