Banyaknya Bansos Ungkit Kenaikan Garis Kemiskinan

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Banyaknya Bansos Ungkit Kenaikan Garis Kemiskinan

Media Indonesia • 2 July 2024 11:18

Jakarta: Kenaikan angka garis kemiskinan selama setahun terakhir dinilai terdorong oleh banyaknya bantuan sosial (bansos) yang dikucurkan pemerintah. Program bansos itu antara lain Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH) Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino dan lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat garis kemiskinan Maret 2024 sebesar Rp582.932 per kapita per bulan. Jumlah ini naik 5,9 persen dibandingkan Maret 2023 dengan Rp550.458 per kapita per bulan.

Pakar pembangunan sosial dan kesejahteraan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjuddin Noer Effendi menjelaskan, garis kemiskinan merupakan pengukuran pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Bila penduduk yang memiliki pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan, maka dikategorikan sebagai penduduk miskin.

"Dengan banyaknya bansos yang diberikan pemerintah, maka daya beli bisa meningkat dan itu berpengaruh ke pengeluaran masyarakat," ungkap Tadjuddin dilansir Media Indonesia, Selasa, 2 Juli 2024.
 
Baca juga: 

Garis Kemiskinan RI Naik

Penduduk miskin di Indonesia turun

Mengutip data BPS, jumlah penduduk miskin di Tanah Air menurun 680 ribu. Tingkat kemiskinan di Maret 2024 sebesar 9,03 persen atau menjadi 25,22 juta orang. Jumlah ini menurun 0,33 persen dibandingkan Maret 2023 yang berjumlah 25,90 juta orang.

Tadjuddin menyebut selain bansos, aktivitas kampanye Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 juga ditengarai mendorong peningkatan belanja masyarakat dengan perputaran uang yang lebih besar daripada kondisi biasanya.

"Pada saat Pemilu banyak uang beredar di lapisan masyarakat bawah, namun sifatnya hanya sesaat," ucap dia.

Penanganan kemiskinan

Tadjuddin mendorong pemerintah untuk melakukan penanganan jangka panjang untuk pengentasan angka kemiskinan. Pasalnya, dia memprediksi pemerintah akan kesulitan mengejar target tingkat kemiskinan di kisaran 7,5 persen dengan berbagai faktor yang ada.

"Saya kira target itu tidak masuk akal karena memang sulit menurunkan level satu persen saja," ujar dia. (Insi Nantika Jelita)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)