Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Annisa ayu artanti • 13 September 2024 11:15
Jakarta: Investasi padat modal atau capital intensive dinilai menjadi ancaman bagi tenaga kerja Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan demikian karena kegiatan ekonomi atau industri yang dibangun dengan modal besar dan didukung teknologi tinggi, sehingga tidak membutuhkan serapan tenaga kerja yang tinggi.
"Investasi padat modal ini memang seperti dua sisi mata pedang. Satu sisi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tapi satu sisi juga seperti kanker yang menggerogoti potensi angkatan kerja," ujarnya dalam Penganugerahan Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2024 di Plaza BP Jamsostek dilansir Media Indonesia, Jumat, 13 September 2024.
Awas maraknya investasi padat modal
Muhadjir pun wanti-wanti terhadap maraknya investasi padat modal yang menggunakan otomatisasi proses robotik (RPA) di beberapa sektor industri, utamanya manufaktur. Hal ini dianggap dapat mempengaruhi serapan tenaga kerja di Tanah Air.
"Proses otomatisasi dengan robotik di industri manufaktur ini kalau tidak diawasi dengan ketat itu sangat membahayakan terhadap daya serap angkatan kerja kita di Indonesia," ucap dia.
Dia berpandangan tidak ada jaminan bahwa kenaikan investasi berbanding lurus dengan daya serap tenaga kerja nasional. Mengutip data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), data realisasi investasi sepanjang periode Januari–Juni (Semester I) 2024 mencapai Rp829,9 triliun atau meningkat sebesar 22,3 persen dibanding dengan periode yang sama pada 2023. Namun, penyerapan tenaga kerja pada semester I tahun ini terbilang kecil yakni 1.225.042 orang.
"Kalau kita tidak bisa mengontrol transfer teknologi otomatisasi terutama dengan artificial intelligence, maka hal ini (investasi padat modal) akan menjadi bahaya," imbuh dia.