Utusan Khusus Presiden Palestina, Riyad al-Maliki. (Metrotvnews/Marcheilla Ariesta)
Marcheilla Ariesta • 20 August 2024 22:48
Jakarta: Serangan Israel ke Gaza yang disebut-sebut sebagai serangan balasan sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 40 ribu jiwa. Hingga kini, Israel seperti ‘enggan’ menghentikan perang tersebut.
Utusan Khusus Presiden Palestina, Riyad al-Maliki mengatakan, komunitas internasional bisa memastikan untuk adanya sanksi kepada Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Jika kita tidak mempertimbangkan sanksi terhadap Israel dan khususnya terhadap Netanyahu, maka Anda tahu, Netanyahu terus melakukan persis apa yang telah dilakukannya sejauh ini dalam penghancuran dan pembunuhan orang-orang tak berdosa,” kata al-Maliki kepada awak media di Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2024.
Ia menegaskan, Netanyahu dan Israel harus dipaksa untuk membayar sebagai imbalan atas apa yang mereka lakukan.
“Jika kita tidak akan membuat mereka bertanggung jawab atas kejahatan dan kekejaman mereka, maka Israel akan melakukan hal yang sama seperti yang telah mereka lakukan selama ini,” jelas al-Maliki.
“Jadi, sangat penting bagi komunitas internasional untuk mulai mempertimbangkan sanksi,” tegasnya.
Namun, ia tidak berharap akan ada sanksi dari Dewan Keamanan PBB karena ada Amerika Serikat (AS) sebagai negara anggota tetapnya yang memiliki hak veto. AS diketahui sebagai sekutu dekat Israel dan selama ini membantu penyediaan senjata untuk perang di Gaza.
“Amerika Serikat telah melindungi Israel selama bertahun-tahun mencegah kutukan dan sanksi dijatuhkan. Dan Israel merasa dirugikan dari segala jenis sanksi atau kutukan,” ucapnya.
Dan sebagai hasilnya, kata al-Maliki, Amerika Serikat akan menikmati hak veto.
“Maka saya tidak berpikir akan ada perubahan apa pun kecuali akan ada perubahan di Gedung Putih dan pemerintahan yang berbeda akan dipilih di sana,” pungkasnya.
Baca juga: Perang di Gaza Hanya Tunjukkan Titik Terlemah Israel ke Dunia