Ilustrasi. Foto: Freepik
Annisa Ayu Artanti • 12 September 2023 10:41
Jakarta: Rata-rata jumlah pinjaman yang dimiliki generasi muda Indonesia lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang mereka peroleh.
Hal itu adalah hasil analisis yang dilakukan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) terkait perkembangan pinjaman online (pinjol) di Tanah Air.
Dari analisis itu rerata pinjaman pengguna pinjol berusia di bawah 19 tahun ialah Rp2,3 juta per bulan dan pinjaman pengguna berusia 19-34 tahun rerata Rp2,5 juta per bulan. Nilai tersebut lebih besar ketimbang rerata pendapatan yang diterima per bulan.
"Pendapatan rata-rata pemuda di Indonesia Rp2 juta per bulan. Artinya, pendapatan pemuda kita lebih rendah dibandingkan utang di pinjaman online," ungkap Kepala Pusat Ekonomi Digital dan Usaha Kecil Menengah Indef Nailul Huda, dilansir Media Indonesia, Selasa, 12 September 2023.
Dari kajian itu juga dijelaskan, faktor utama maraknya generasi muda menggunakan pinjol ialah akses yang mudah dan cepat dibanding perbankan. Hal itu turut mengonfirmasi masih banyaknya masyarakat, utamanya generasi muda yang belum bisa mengakses pelayanan lembaga jasa keuangan bank.
Baca juga: Mayoritas Pengguna Pinjol Lulusan SMA
Gaya hidup konsumtif jadi penyebab
Demikian halnya dengan pertumbuhan kartu kredit bank yang hanya mampu tumbuh 0,8 persen pada Desember 2022. Penurunan itu berbanding terbalik dengan tren pinjol.
Indef mendapati pertumbuhan pinjol di Tanah Air mencapai 71 persen di Desember 2022. Tren itu berlanjut hingga Juli 2023, pinjol tercatat tumbuh 18 persen. Itu menjadi indikasi masyarakat lebih tertarik menggunakan jasa pinjol ketimbang kredit bank.
Namun pertumbuhan pinjol itu tak sepenuhnya bermakna positif. Sebab, Indef juga mendapati adanya perubahan tren penyaluran sektor pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan P2P l
ending.
Sektor pembiayaan yang semula didominasi oleh sektor produktif kini beralih ke sektor konsumtif.
"Mulai 2022 sampai sekarang ini lebih banyak menyalurkan pendanaan ke sektor konsumtif. Maret tahun lalu, 62,72 persen pinjaman fintech P2P lending disalurkan ke sektor konsumtif. Pada Juni 2023, itu mencapai 64,2 persen. Jadi saat ini lebih banyak P2P lending yang menyalurkan ke sektor konsumtif," jelas Nailul.
Kondisi tersebut dianggap akan menjadi malapetaka bagi generasi muda. Pasalnya, tingkat literasi keuangan Indonesia masih cukup rendah, yakni di angka 49 persen. Sedangkan tingkat inklusi keuangan telah menembus angka 85 persen. Itu berarti, peningkatan akses masyarakat terhadap jasa keuangan tidak diikuti dengan pengetahuan yang utuh. Akibatnya, tak sedikit kasus terkait pinjol terjadi.
(M Ilham Ramadhan)