Iran Ancam Balas AS dan Israel dengan Serangan ‘Tak Terbayangkan’

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh. (Anadolu Agency)

Iran Ancam Balas AS dan Israel dengan Serangan ‘Tak Terbayangkan’

Willy Haryono • 9 July 2025 15:03

Teheran: Wakil Menteri Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh pada Selasa, 8 Juli 2025 menyatakan bahwa negaranya akan merespon dengan segala cara yang dimiliki jika menghadapi ancaman terhadap eksistensinya.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah panel kebijakan luar negeri di Teheran, di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran, Amerika Serikat, dan Israel.

“Begitu Iran merasa ada ancaman eksistensial, maka Iran tidak akan bertindak secara terukur atau bisa diprediksi. Iran akan merespons dengan semua kemampuan yang dimilikinya dan dengan cara yang tak terbayangkan,” ujar Khatibzadeh, seperti dilansir dari The National, Rabu, 9 Juli 2025.

Pernyataan ini menyusul serangan AS terhadap tiga situs nuklir Iran dalam perang 12 hari yang terjadi antara Iran dan Israel pada Juni lalu. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal ke arah pangkalan militer AS di Al Udeid, Qatar.

Serangan tersebut tidak menimbulkan kerusakan besar karena sebagian besar rudal berhasil dicegat sistem pertahanan udara Qatar. Namun, langkah tersebut disebut sebagai pesan strategis.

“Mereka mungkin mengira Iran akan menyerang di Irak. Tapi kami pilih Al Udeid sebagai sinyal kesiapan kami kepada AS,” tambah Khatibzadeh.

Iran juga telah menangguhkan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pascaperang, sebagai bentuk protes terhadap dugaan keterlibatan badan tersebut dalam serangan Israel ke situs nuklir Iran. Meski demikian, Iran menyatakan belum ada rencana untuk keluar dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

“Kami masih menjadi penandatangan NPT. Untuk saat ini, belum ada pembahasan untuk keluar dari perjanjian itu,” katanya.

Evaluasi Perang

Dalam diskusi yang dihadiri para analis dan diplomat senior, mantan Duta Besar Iran untuk PBB, Mohammad Kazem Sajjadpour, menilai bahwa Israel tidak mencapai tujuannya dalam menyerang Iran. Ia menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menggunakan Iran sebagai pengalihan isu dari perang di Gaza.

“Saat mereka membom Iran, di saat yang sama mereka membunuh lebih banyak warga Palestina di Gaza,” ujarnya.

Profesor Ilmu Politik dari Universitas Teheran, Naser Hadian, menyebut ada dua kemungkinan pascagencatan senjata yang difasilitasi oleh Doha. Pertama, semua pihak kelelahan dan bersedia mencari jalur diplomatik untuk menghindari konflik lebih jauh, termasuk kemungkinan pakta non-agresi antara Iran, Israel dan AS.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa skenario kedua memungkinkan perang akan kembali terjadi.

“Jika kita menerima hipotesis kedua, maka perang tinggal menunggu waktu. Kedua pihak merasa masih memiliki pekerjaan yang belum selesai,” kata Hadian.

Salah satu isu utama dalam negosiasi Iran-AS adalah persediaan uranium yang diperkaya tinggi milik Iran, yang dinilai cukup untuk membuat beberapa senjata nuklir dalam hitungan minggu. Meski Iran bersikeras program nuklirnya bertujuan damai, kekhawatiran negara-negara Barat terus meningkat.

“Apa yang dilakukan AS merupakan agresi besar yang tidak bisa dimaafkan dan tidak akan dilupakan,” tegas Khatibzadeh, menutup sesi diskusi. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  AS dan Iran Jadwalkan Dialog, Trump Buka Peluang Cabut Sanksi

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)