Jakarta: Keterlibatan Presiden Prabowo Subianto dalam KTT BRICS di Brasil dipandang sebagai titik balik penting bagi arah diplomasi Indonesia. Forum ini membuka jalan bagi Indonesia untuk memainkan peran kunci dalam membentuk tatanan global baru.
“Kehadiran Presiden Prabowo dalam pertemuan BRICS memberi makna strategis bagi kebangkitan diplomasi Indonesia,” ujar pakar ekonomi Didik J Rachbini, yang dikutip, Selasa, 8 Juli 2025.
Didik menilai, dengan bergabungnya Indonesia ke dalam forum BRICS, berbagai peluang kerja sama strategis terbuka lebar. Hal ini mencakup pendanaan alternatif, investasi, teknologi, dan mitra dagang baru.
“Peluang dan manfaatnya terbuka akses pendanaan alternatif, investasi, peluang kerja sama teknologi, hingga diversifikasi mitra dagang,” jelas Didik.
Ia juga menyoroti posisi Indonesia yang kini semakin relevan dalam percaturan politik internasional. Prabowo dinilai membawa arah kebijakan luar negeri yang aktif dan adaptif terhadap perubahan geopolitik.
“Yang paling penting, Indonesia bisa memainkan peran sebagai kekuatan penyeimbang global di tengah pertarungan blok Barat dan Timur,” lanjutnya.
Didik menambahkan, forum BRICS kini berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang tak bisa diabaikan. Hal ini terlihat dari kehadiran 30 pemimpin negara dan organisasi internasional dalam KTT tersebut.
“Meskipun belum memiliki aliansi militer kuat, tetapi kekuatan ekonomi BRICS+ sangat besar dan signifikan,” kata Didik.
Krisis global dan tekanan ekonomi disebut bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi sektor riil. Ia menyarankan fokus pada industri hijau yang kini mendapat dukungan global.
“Karena upaya dan kebijakan ini akan mendapat dukungan dunia, pemerintah, maupun swasta. Ini sejalan dengan kebijakan industri kita dengan pengembangan tambang nikel, pabrik baterai EV, dan mengarah pada ekspor bernilai tinggi untuk menambah devisa dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi agar tidak jatuh di bawah 5 persen, tetapi naik perlahan menjadi 6 persen dan kemudian mendekati 7 persen beberapa tahun mendatang,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan agar pertumbuhan industri tidak dibiarkan stagnan pada angka 3–4 persen. Pemerintah diminta mendorong kebijakan yang lebih progresif dan berani.
Selain itu, Didik menilai sektor pangan dan energi berkelanjutan juga harus mendapat prioritas. Ia menilai Presiden sudah menunjukkan komitmen serius terhadap isu ini melalui kebijakan langsung di lapangan.
“Ini merupakan program pokok pemerintah sekarang, yang begitu serius menjadi perhatian Presiden langsung. Petani beras distimulasi langsung dengan kebijakan harga tinggi sehingga produksi dan stok beras meningkat. Ini bisa sinambung jika diikuti oleh kebijakan produktivitas di tingkat petani on farm dan efisiensi dalam tata niaganya,” tegasnya.