Mark Zuckerberg. Foto: Xinhua/Ting Shen.
Jakarta: Dalam persidangan anti monopoli di Amerika Serikat (AS), pimpinan Meta, Mark Zuckerberg, mengungkapkan motif utama di balik keputusannya untuk mengakuisisi Instagram pada 2012.
Ia menjelaskan Instagram menawarkan teknologi kamera yang dianggap lebih unggul dibandingkan yang sedang dikembangkan oleh perusahaannya saat itu, Facebook. Pernyataan ini menjadi sorotan dalam kasus hukum yang diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC).
Kamera yang lebih unggul
Zuckerberg menyampaikan sebelum melakukan akuisisi, Meta (yang saat itu masih dikenal sebagai
Facebook) tengah membangun aplikasi kamera mereka sendiri. Namun, setelah melakukan evaluasi, ia menyimpulkan teknologi yang dimiliki Instagram jauh lebih canggih.
"Kami melakukan analisis membangun versus membeli saat dalam proses membangun aplikasi kamera, dan saya pikir Instagram lebih baik dalam hal itu. Jadi saya pikir lebih baik membelinya," Kata Zuckerberg dikutip dari
Channel News Asia, Rabu, 16 April 2025.
Strategi 'beli atau kubur'
Pernyataan Zuckerberg ini dianggap sebagai dukungan bagi tuduhan FTC yang menyatakan Meta menggunakan pendekatan 'beli atau kubur' untuk mengeliminasi pesaing potensial serta mempertahankan posisinya di pasar.
FTC mengevaluasi akuisisi Instagram dan WhatsApp sebagai tindakan Meta untuk mempertahankan monopoli ilegal di sektor media sosial.
Kegagalan membangun aplikasi sendiri
Zuckerberg juga mengakui banyak usaha Meta dalam menciptakan aplikasi baru sering kali tidak berhasil. "Membangun aplikasi baru itu sulit dan sering kali ketika kami mencoba aplikasi baru, hasilnya tidak banyak yang berhasil," ungkap dia.
Pernyataan ini menguatkan pandangan akuisisi menjadi solusi instan bagi Meta dalam menghadapi tantangan teknologi.
(Ilustrasi, tampilan aplikasi Instagram. Foto: Freepik)
Bantahan terhadap tuduhan iklan
FTC menuduh Meta memenuhi pengguna dengan iklan karena minimnya kompetisi. Namun, Zuckerberg membantah pernyataan tersebut. Ia menekankan iklan di platform Meta justru ditingkatkan kualitasnya dan dirancang untuk lebih sesuai dengan keinginan pengguna.
Bahkan, ada saat-saat ketika Meta mempertimbangkan untuk membuat umpan yang sepenuhnya diisi dengan iklan, meskipun rencana tersebut belum terwujud.
Pertarungan hukum yang berisiko tinggi
Kasus ini menjadi tantangan bagi para regulator AS dalam menghadapi pengaruh perusahaan teknologi besar. Hasil dari persidangan ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi masa depan akuisisi dalam industri
teknologi, terutama untuk perusahaan seperti Meta yang kerap membeli pesaing yang mungkin mengancamnya.
Dengan pengungkapan dari Zuckerberg ini, publik kini memahami alasan strategis di balik akuisisi Instagram, sebuah langkah yang tidak hanya mengubah lanskap kompetisi media sosial, tetapi juga menimbulkan perdebatan mengenai praktik monopoli di era digital. (
Avifa Aulya Utami Dinata)