Gelombang panas ekstrem yang melanda India dan Pakistan sejak awal April 2025 telah memecahkan rekor suhu. (Anadolu Agency)
New Delhi: Gelombang panas ekstrem yang melanda India dan Pakistan sejak awal April 2025 telah memecahkan rekor suhu, dengan beberapa wilayah mencapai 49 derajat Celcius - setara suhu Death Valley di Amerika Serikat (AS).
Departemen meteorologi kedua negara memperingatkan fenomena ini datang lebih awal dan akan berlangsung lebih lama dari biasanya, mengancam ratusan juta penduduk.
Di Balochistan, Pakistan, suhu mencapai 8 derajat Celcius di atas normal, sementara ibu kota India, Delhi, mencatat suhu 40 derajat Celcius tiga kali dalam bulan ini.
“Ini seperti tinggal di oven. Pemadaman listrik 16 jam sehari membuat situasi semakin tak tertahankan,” keluh Ayoub Khosa, warga Dera Murad Jamali, dikutip dari CNN World, Selasa, 15 April 2025.
Dampak kesehatan dan ekonomi
Anita Soni dari Thar Mahila Sansthan melaporkan peningkatan kasus dehidrasi akut di Rajasthan, India. Menurut data Konfederasi Bidan Internasional di Karachi, gelombang panas telah menyebabkan lonjakan 80 persen kelahiran prematur dengan gangguan pernapasan, sekaligus meningkatkan risiko kematian ibu akibat preeklampsia yang dipicu dehidrasi.
Di sektor pertanian, petani seperti Tofiq Pasha di Sindh mengaku kehilangan hingga 50 persen hasil panen akibat gagal tanam dan serangan hama yang diperparah suhu ekstrem.
“Bunga dan buah gugur sebelum matang, sementara hama berkembang pesat dalam cuaca ini,” keluhnya.
Ancaman krisis iklim jangka panjang
Mehrunissa Malik, ahli iklim Islamabad, memperingatkan satu miliar penduduk Asia Selatan akan terdampak perubahan iklim. “Siklus pertanian kacau - bunga dan buah gugur sebelum matang, sementara hama berkembang pesat,” jelas Tofiq Pasha, petani Sindh yang kehilangan 70 persen panen tahun ini.
Pemerintah kedua negara berjuang memenuhi permintaan listrik yang melonjak, sementara sekolah dan transportasi umum terpaksa ditutup.
Para ahli memperkirakan gelombang panas ini mungkin menjadi yang terburuk dalam sejarah modern kawasan, dengan potensi korban jiwa melebihi rekor sebelumnya. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Panas Ekstrem Diperkirakan Tewaskan Hampir Setengah Juta Orang Per Tahun