Harga Minyak Dunia Tergelincir, Brent Dijual USD68/Barel

Ilustrasi. Foto: dok Xinhua.

Harga Minyak Dunia Tergelincir, Brent Dijual USD68/Barel

Husen Miftahudin • 16 July 2025 08:49

Houston: Harga minyak dunia anjlok pada awal perdagangan Eropa setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan batas waktu 50 hari bagi Rusia untuk mengakhiri perangnya di Ukraina, yang berpotensi mencegah sanksi lebih lanjut. Pengumuman ini meredakan kekhawatiran terkait gangguan pasokan global.
 
Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 16 Juli 2025, minyak mentah Brent turun 0,7 persen dan diperdagangkan pada USD68,72 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 0,9 persen menjadi USD66,41.
 
Awalnya, harga minyak melonjak karena spekulasi tentang sanksi yang akan datang. Namun, pasar berbalik arah karena tenggat waktu yang diberlakukan Trump meningkatkan harapan bahwa tindakan hukuman dapat dihindari.
 
Para investor mulai mempertanyakan apakah AS benar-benar akan melanjutkan penerapan tarif tinggi pada negara-negara yang terus berdagang dengan Rusia.
 
"Tiongkok, India, dan Turki adalah pembeli terbesar minyak mentah Rusia. Mereka harus mempertimbangkan manfaat membeli minyak Rusia yang murah dibandingkan dengan biaya ekspor ke AS," tulis analis ING dalam sebuah catatan.
 

Baca juga: Harga Minyak Dunia Ambruk di Tengah Ancaman Perang Dagang Global


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Uni Eropa-Meksiko kena tarif Trump 30%

 
Pada Senin, Trump mengumumkan bantuan militer tambahan untuk Ukraina, dan selama akhir pekan, ia menegaskan kembali rencana untuk mengenakan tarif 30 persen pada sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko, yang akan berlaku efektif mulai 1 Agustus.
 
Langkah ini merupakan bagian dari ancaman yang lebih luas yang ditujukan kepada negara-negara lain. Risiko tarif semacam itu berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang dapat melemahkan permintaan bahan bakar dan, pada gilirannya, menekan harga minyak.
 
Sementara itu, Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga minyaknya untuk paruh kedua 2025. Bank investasi tersebut mengutip faktor-faktor seperti potensi gangguan pasokan, penurunan persediaan minyak di negara-negara OECD, dan kendala produksi di Rusia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)