Biden Kecewa Presiden Tiongkok Tidak Akan Hadiri KTT G20 di India

Presiden AS Joe Biden kecewa Xi Jinping tak hadiri KTT G20. Foto: EFE

Biden Kecewa Presiden Tiongkok Tidak Akan Hadiri KTT G20 di India

Fajar Nugraha • 4 September 2023 16:34

Washington: Presiden Tiongkok Xi Jinping berencana melewatkan KTT G20 di India. Keputusannya itu membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kecewa tidak bisa bertemu XI Jinping.

 

"Saya kecewa, tapi saya akan menemuinya," kata Biden kepada wartawan pada Minggu, namun tidak mengatakan kapan pertemuan itu akan diadakan, seperti dikutip BBC, Senin 4 September 2023.

 

Beijing mengatakan pada Senin bahwa Perdana Menteri Li Qiang akan memimpin delegasi Tiongkok pada pertemuan puncak di New Delhi minggu ini. Xi dan Biden terakhir kali bertemu pada KTT G20 di Bali tahun lalu.

 

Hubungan AS-Tiongkok tetap tegang meski ada banyak kunjungan diplomatik dari Washington tahun ini untuk menghidupkan kembali dialog.

 

Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak membenarkan atau menyangkal kehadiran Xi di KTT Delhi ketika ditanya secara tegas pada konferensi pers hari Senin.

 

"Li Qiang akan memimpin para perwakilan untuk menghadiri KTT G20. Ini adalah forum internasional global yang penting. Tiongkok selalu mementingkan hal ini dan berpartisipasi secara aktif," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

 

Namun laporan berita, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan pekan lalu bahwa Xi tidak berencana untuk hadir.

 

Kabar ini muncul di tengah memburuknya hubungan antara Tiongkok dan India. Antara lain, kedua negara saling berhadapan di sepanjang perbatasan yang disengketakan di wilayah Himalaya.

 

Baru minggu lalu, India melakukan protes setelah Beijing merilis peta yang mengklaim negara bagian Arunachal Pradesh dan dataran tinggi Aksai Chin sebagai wilayah Tiongkok.

 

Xi dan Biden mungkin masih memiliki kesempatan untuk berbicara pada bulan November, pada pertemuan para pemimpin Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik di San Francisco.

 

Sekitar dua bulan setelah kedua pemimpin bertemu di Bali, Indonesia, pada bulan November lalu, dugaan adanya balon mata-mata Tiongkok di langit AS telah memupus harapan untuk memulihkan hubungan bilateral, sehingga menunda upaya untuk memulai dialog selama berbulan-bulan.

 

Kedua negara tidak sepakat mengenai berbagai masalah, seperti invasi Rusia ke Ukraina, hak asasi manusia di Xinjiang dan Hong Kong, klaim teritorial atas Taiwan dan Laut China Selatan, serta pembatasan ekonomi yang membatasi akses Beijing terhadap komponen-komponen teknologi tinggi.

 

Dalam upaya untuk meningkatkan hubungan, serangkaian pejabat tinggi AS telah melakukan perjalanan ke Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir. Mereka termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan Utusan Khusus AS untuk Iklim John Kerry.

 

Sementara itu, Xi terus menggambarkan Beijing sebagai pemimpin negara berkembang, menggalang dukungan terhadap alternatif tatanan dunia yang dipimpin Washington.

 

Dalam kunjungannya ke Afrika Selatan bulan lalu untuk bertemu dengan para pemimpin negara-negara BRICS, ia mengkritik “hegemoni” Barat dan mendesak negara-negara berkembang untuk “melepaskan beban kolonialisme” dalam pidatonya.

 

Brics aslinya mengacu pada lima negara yang terdiri dari negara-negara berkembang, termasuk Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

 

Enam negara baru –,Argentina, Mesir, Iran, Ethiopia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab,– akan bergabung pada Januari, yang secara luas dipandang sebagai kemenangan diplomatik bagi Beijing.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)