Rupiah Melemah ke Rp16.075/USD

Ilustrasi rupiah. Foto: MI.

Rupiah Melemah ke Rp16.075/USD

Arif Wicaksono • 28 May 2024 10:15

Jakarta: Laju rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah terkoreksi setelah investor masih menantikan data terbaru dari Amerika Serikat (AS).

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, turun tiga poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.075 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.072 per USD.
 

baca juga: 

Rupiah Tertekan di Tengah Penantian Suku Bunga Acuan dan Inflasi AS


Menurut FedWatch Tool dari CME Group, analis memperkirakan 60 persen kemungkinan sekarang hanya akan ada satu pemotongan suku bunga. Padahal pada awal tahun analis memperkirakan enam kali pemotongan suku bunga.

Goldman Sachs menarik kembali perkiraan pemotongan pertamanya hingga September, meskipun perusahaan tersebut masih memperkirakan dua kali pemotongan pada tahun ini. Suku bunga acuan fed fund bank sentral telah berada di angka 5,25 persen hingga 5,50 persen sejak Juli lalu.

"Kami terus melihat penurunan suku bunga sebagai pilihan, sehingga mengurangi urgensinya," kata Ekonom Goldman David Mericle dalam sebuah catatan, dilansir CNBC International, Selasa, 28 Mei 2024.

Goldman mengatakan kepemimpinan The Fed tampaknya memiliki pandangan yang sama terhadap prospek inflasi dan kemungkinan akan siap untuk melakukan pemotongan dalam waktu dekat.

"Namun sejumlah peserta FOMC masih tampak lebih khawatir terhadap inflasi dan lebih enggan untuk melakukan pemotongan," tegas dia.

Prospek penurunan suku bunga

Prospek suku bunga AS telah menjadi pendorong dominan pergerakan mata uang selama beberapa tahun terakhir, dan data terbaru dari negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut telah berubah drastis sehingga mengurangi kepercayaan para pengambil kebijakan terhadap kecepatan dan skala penurunan suku bunga yang diharapkan pada tahun ini.

Selain itu, Gubernur Fed Christopher Waller pada awal pekan ini mengatakan perlu melihat data selama beberapa bulan yang menunjukkan inflasi mereda sebelum menyetujui penurunan suku bunga. Jika digabungkan, tidak ada banyak alasan bagi The Fed untuk melakukan pelonggaran kebijakan di sini.

"Pidato Fed baru-baru ini dan risalah FOMC Mei memperjelas kejutan kenaikan inflasi tahun ini, ditambah dengan aktivitas yang solid, kemungkinan besar akan mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga untuk saat ini," kata Ekonom Bank of America Michael Gapen.

Ahli Strategi Valuta Asing senior di National Australia Bank (NAB) Rodrigo Catril. menjelaskan pelaku pasar sudah memperkirakan dengan baik angka yang tidak terlalu besar, dan hal ini perlu diwujudkan agar ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini dapat dipertahankan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)