Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 20 August 2025 14:55
Jakarta: Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di sepanjang 2025 berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, yaitu sekitar 3,0 persen (yoy). Ramalan melambatnya pertumbuhan ekonomi global tersebut diakibatkan oleh implementasi tarif timbal balik (resiprokal) oleh Amerika Serikat (AS) di berbagai negara.
"Implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat menimbulkan risiko akan semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Periode Agustus 2025, Rabu, 20 Agustus 2025.
Dalam asesmennya, RDG Bank Indonesia menilai pelemahan perekonomian dunia sejalan dengan meluasnya implementasi tarif resiprokal AS sejak 7 Agustus 2025. Tarif tersebut meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif kepada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.
Di Amerika Serikat sendiri, jelas Perry, prospek pertumbuhan ekonomi nasionalnya pun diperkirakan akan lebih rendah. Ini sejalan dengan melemahnya permintaan domestik.
"Ekonomi India juga melemah seiring dampak tarif Amerika Serikat yang lebih tinggi, sehingga menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur negara tersebut," papar dia.
Baca juga: APBN 2026 Diyakini Kuat Hadapi Downside Risks Ekonomi Global |