Vice President Indodax Antony Kusuma. Foto: dok Indodax.
Jakarta: Pasar aset kripto global kembali mengalami tekanan pada perdagangan Selasa pagi, 19 Agustus 2025. Sejumlah aset utama seperti bitcoin, ethereum, hingga dogecoin terpantau berada di zona merah.
Berdasarkan data Coinmarketcap, Bitcoin (BTC) turun lebih dari 1,12 persen dalam 24 jam terakhir dan melemah 2,27 persen sepanjang sepekan. Hari ini, Rabu, 20 Agustus 2025, harga BTC menyentuh level USD113 ribu.
Ethereum (ETH) juga mengikuti tren pelemahan. ETH berada di harga USD4.200. Cardano (ADA) tercatat anjlok 3,84 persen di harga USD0,92, Solana (SOL) di harga USD179, XRP di harga USD3, dan Dogecoin (DOGE) di harga USD0,21.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global turun menjadi USD3,8 triliun, melemah dalam 24 jam terakhir. Indeks Sentimen Pasar Kripto (Crypto Fear and Greed Index) tercatat berada pada level 53, menunjukkan kondisi netral dengan kecenderungan waspada.
Tekanan harga kali ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sentimen pasar melemah menjelang pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang diperkirakan memberi sinyal arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Selain itu, regulator keuangan Korea Selatan baru saja memerintahkan bursa kripto lokal untuk menghentikan layanan pinjaman kripto. Kebijakan mendadak ini menambah kecemasan investor terkait stabilitas pasar regional.
Dari sisi on-chain, tercatat adanya pergerakan signifikan dari whale dan institusi. Data menunjukkan sebanyak 12 ribu BTC dikirim ke bursa, indikasi aksi ambil untung oleh pemegang besar. Namun, akumulasi tetap terjadi di sisi treasury dengan Metaplanet menambah 775 BTC senilai sekitar USD93 juta, sementara MicroStrategy membeli tambahan 430 BTC.
Kombinasi ini menunjukkan dinamika pasar yang kompleks. Jika deposit whale terus meningkat, potensi kepanikan investor ritel bisa muncul. Sebaliknya, akumulasi oleh perusahaan publik menjadi faktor penopang jangka panjang, meskipun efek jangka pendeknya terbatas.
Investor tunggu kejelasan arah kebijakan Fed
Vice President Indodax Antony Kusuma menilai koreksi pasar kali ini merupakan respons normal dari investor terhadap ketidakpastian global.
"Pasar kripto sering kali bergerak lebih cepat dalam merespons sinyal kebijakan makroekonomi dibanding instrumen lain. Tekanan harga yang terjadi saat ini mencerminkan sikap investor yang menahan posisi sambil menunggu kejelasan dari bank sentral Amerika," jelas Antony dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 20 Agustus 2025.
"Deposit besar ke bursa dari whale seringkali memicu volatilitas jangka pendek, dan jika tren ini berlanjut, investor ritel bisa terdorong melakukan aksi jual," papar dia menambahkan.
Namun, akumulasi yang dilakukan institusi justru memperlihatkan semakin kuatnya keyakinan terhadap nilai bitcoin dalam jangka panjang. Menurut dia, perbedaan perilaku antara trader jangka pendek dan strategi perbendaharaan jangka panjang inilah yang membuat dinamika pasar bitcoin menjadi unik.
Antony menambahkan meski pembelian oleh institusi memberikan fondasi jangka panjang, dampaknya terhadap harga tidak serta-merta langsung terasa dibandingkan dengan tekanan jual dari
whale.
"Saat ini pasar berada di titik keseimbangan antara aksi ambil untung whale dan strategi akumulasi institusi.
Investor perlu berhati-hati dalam jangka pendek, namun tetap melihat adanya struktur penopang yang terbentuk untuk jangka panjang," ujar dia.
Lebih lanjut, Antony menekankan kondisi saat ini justru bisa menjadi momentum bagi investor jangka panjang. "Dalam siklus pasar kripto, fase penurunan adalah ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi secara bertahap. Strategi seperti dollar-cost averaging dapat membantu menghadapi volatilitas yang tinggi," sebut dia.
Menurut Antony, pelemahan altcoin seperti ETH, ADA, maupun SOL saat ini adalah bagian dari pola rotasi pasar. "Investor cenderung mengalihkan likuiditas ke aset yang dianggap lebih aman ketika volatilitas meningkat. Pola ini bukan berarti altcoin kehilangan potensi, melainkan refleksi dari sikap konservatif sementara," papar Antony.
(Ilustrasi. Foto: dok KBI)
Disiplin manajemen risiko
Di tengah tekanan harga, Antony mengingatkan pentingnya disiplin manajemen risiko. "Investor sebaiknya tidak hanya melihat potensi keuntungan, tetapi juga memiliki strategi mitigasi risiko seperti diversifikasi portofolio, penggunaan stop-loss, serta penentuan target investasi yang jelas," ucap dia mengingatkan.
Ia juga menekankan transparansi bursa menjadi kunci menjaga kepercayaan publik. "Di Indodax, kami terus mengedepankan aspek keamanan dan keterbukaan, termasuk dengan rutin menjalankan proof of reserve. Tujuannya agar pengguna merasa aman sekalipun pasar berada dalam kondisi tidak menentu," ungkap Antony.
Secara historis, menurut Antony, volatilitas kripto yang tinggi justru membuka ruang bagi inovasi. Setiap fase koreksi biasanya diikuti oleh lahirnya tren baru.
"Investor yang mampu melihat peluang di balik volatilitas akan lebih siap menghadapi perubahan siklus berikutnya," terang dia.