Bank Dunia: Harga Komoditas Turun hingga 2026, Emas Masih Naik

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Bank Dunia: Harga Komoditas Turun hingga 2026, Emas Masih Naik

Insi Nantika Jelita • 30 October 2025 14:20

Jakarta: Harga komoditas global diproyeksikan turun ke level terendah dalam enam tahun pada 2026, menandai penurunan selama empat tahun berturut-turut, menurut laporan Commodity Markets Outlook terbaru dari Bank Dunia (World Bank).

Harga komoditas diperkirakan turun tujuh persen pada 2025 dan 2026, didorong oleh pertumbuhan ekonomi global yang lemah, surplus minyak yang meningkat, dan ketidakpastian kebijakan yang terus berlanjut.

Penurunan harga energi diperkirakan membantu meredakan inflasi global, sementara harga beras dan gandum yang lebih rendah membantu membuat pangan lebih terjangkau di beberapa negara berkembang. Kendati demikian, meskipun terjadi penurunan, harga komoditas tetap berada di atas level sebelum pandemi, dengan harga pada 2025 dan 2026 masing-masing diproyeksikan 23 persen dan 14 persen lebih tinggi dibandingkan 2019.

"Penurunan harga energi telah berkontribusi pada penurunan inflasi harga konsumen global. Namun, jeda ini tidak akan bertahan lama," kata Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Bidang Ekonomi Pembangunan Bank Dunia Indermit Gill dalam keterangan resmi, Kamis, 30 Oktober 2025.

Karena itu, ia menekankan pentingnya bagi pemerintah untuk memanfaatkan momentum ini untuk menata keuangan publik, mempersiapkan ekonomi agar lebih siap berbisnis, serta mempercepat arus perdagangan dan investasi.


(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Harga minyak dan pangan turun

Surplus minyak global dikatakan meningkat secara signifikan pada 2025 dan diperkirakan akan naik tahun depan hingga 65 persen di atas titik tertinggi terakhir pada 2020. Permintaan minyak tumbuh lebih lambat karena meningkatnya permintaan kendaraan listrik dan hibrida serta stagnasi konsumsi minyak di Tiongkok.

Harga minyak mentah Brent diperkirakan turun dari rata-rata USD68 pada 2025 menjadi USD60 pada 2026, level terendah dalam lima tahun. Secara keseluruhan, harga energi diproyeksikan turun sebesar 12 persen pada 2025 dan turun lagi 10 persen pada 2026.

Harga pangan juga melandai, dengan penurunan sebesar 6,1 persen diproyeksikan pada 2025 dan 0,3 persen pada 2026. Harga kedelai turun pada 2025 akibat produksi rekor dan ketegangan perdagangan, namun diperkirakan akan stabil dalam dua tahun ke depan.

Sementara itu, harga kopi dan kakao diperkirakan turun pada 2026 seiring membaiknya kondisi pasokan. Namun, harga pupuk diproyeksikan melonjak 21 persen pada 2025 karena meningkatnya biaya input dan pembatasan perdagangan, sebelum turun lima persen pada 2026. Indermit menuturkan kenaikan ini kemungkinan besar akan semakin mengikis margin keuntungan petani dan menimbulkan kekhawatiran terhadap hasil panen di masa depan.

Harga emas dan perak masih meningkat

Berikutnya, logam mulia akan mencapai rekor tertinggi pada 2025, didorong oleh permintaan terhadap aset lindung nilai dan pembelian berkelanjutan oleh bank sentral. Harga emas yang secara luas dipandang sebagai aset lindung nilai di masa ketidakpastian ekonomi diperkirakan meningkat sebesar 42 persen pada 2025.

"Harga ini diproyeksikan naik lagi lima persen tahun depan, menjadikan harga emas hampir dua kali lipat dari rata-rata 2015-2019," kata Indermit.

Harga perak juga diperkirakan mencapai rata-rata tahunan tertinggi pada 2025, naik 34 persen dan meningkat lagi delapan persen pada 2026.

Lebih lanjut, Bank Dunia meramalkan harga komoditas dapat turun lebih dalam dari perkiraan selama periode proyeksi jika pertumbuhan global tetap lamban di tengah ketegangan perdagangan yang berkepanjangan dan ketidakpastian kebijakan.

Produksi minyak OPEC+ yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memperdalam surplus minyak dan memberikan tekanan tambahan pada harga energi. Penjualan kendaraan listrik, yang diperkirakan meningkat tajam pada 2030, dapat semakin menekan permintaan minyak.

Sebaliknya, ketegangan dan konflik geopolitik dapat mendorong harga minyak lebih tinggi dan meningkatkan permintaan terhadap komoditas lindung nilai seperti emas dan perak.

"Turunnya harga minyak memberikan peluang tepat waktu bagi negara-negara berkembang untuk memajukan reformasi fiskal yang mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja,” kata Ayhan Kose, Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia dan Direktur Prospects Group.

Bank Dunia juga mewanti-wanti cuaca ekstrem akibat siklus La Nina yang lebih kuat dari perkiraan dapat mengganggu produksi pertanian dan meningkatkan permintaan listrik untuk pemanasan serta pendinginan, yang menambah tekanan terhadap harga pangan dan energi. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)