Tak Sanggup Lawan Euro hingga Pundsterling, Dolar AS Ambruk 0,16%

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sebagian besar mata uang dunia pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB) di tengah tanda-tanda ketegangan di Timur Tengah mereda setelah Iran mendukung diskusi lanjutan dengan Eropa mengenai konfliknya dengan Israel.

Mengutip Xinhua, Sabtu, 21 Juni 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,16 persen menjadi 98,707.

Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi USD1,1529 dari USD1,1485 dolar pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris naik menjadi USD1,3465 dari USD1,3458 pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 145,97 yen Jepang, lebih tinggi dari 145,48 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8172 franc Swiss dari 0,8175 franc Swiss.

Mata uang Negeri Paman Sam tersebut naik menjadi 1,3729 dolar Kanada dari 1,3713 dolar Kanada. Dolar AS juga naik menjadi 9,6651 Kronor Swedia dari 9,6420 Kronor Swedia.
 

Baca juga: Dolar AS 'Terpeleset' saat Investor Gelisah Konflik Timur Tengah

(Dolar AS. Foto: Freepik)
 

Ketegangan Timur Tengah mulai mereda 

Ketegangan di Timur Tengah mulai mereda setelah Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan Teheran mendukung pembicaraan lebih lanjut dengan Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa dan akan siap untuk bertemu lagi dalam waktu dekat setelah pembicaraan di Jenewa.

Adapun, Israel dan Iran telah melancarkan pertempuran udara selama seminggu karena Pemerintah Israel berusaha menggagalkan ambisi nuklir Teheran, dan pelaku pasar merasa khawatir tentang kemungkinan serangan AS terhadap Iran, yang memicu lonjakan greenback.

Iran mengatakan mereka tidak akan membahas masa depan program nuklirnya saat diserang oleh Israel, karena Eropa mencoba membujuk Teheran kembali ke dalam negosiasi.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan Presiden AS Donald Trump akan memutuskan potensi keterlibatan AS dalam konflik tersebut dalam dua minggu ke depan.

Itu membantu menenangkan investor yang gelisah yang khawatir tentang serangan AS yang akan segera terjadi terhadap Iran, meskipun prospek konflik Timur Tengah yang meluas membuat selera risiko tetap terkendali.