Ilustrasi job hugging. Foto: Forbes
Eko Nordiansyah • 24 September 2025 13:23
Jakarta: Kini fenomena baru muncul di dunia kerja yaitu job hugging. Jika sebelumnya banyak karyawan mencari kenaikan gaji dan peluang lebih baik dengan pindah perusahaan, kini justru semakin banyak pekerja yang memilih bertahan di tempat kerja lama.
Fenomena ini muncul seiring kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Lonjakan harga, ancaman PHK massal, dan melambatnya pasar tenaga kerja membuat banyak pekerja, khususnya Gen Z, lebih memilih aman dengan bertahan di posisinya daripada mengambil risiko pindah ke tempat baru.
Berikut pengertian, tanda-tanda, dan cara mengatasi job hugging, dilansir dari laman Times of India dan Forbes.
Job hugging adalah istilah untuk menggambarkan karyawan yang enggan pindah kerja meski merasa tidak lagi berkembang. Mereka bertahan bukan karena benar-benar puas dengan pekerjaannya, melainkan karena rasa takut akan masa depan yang tidak menentu. Rasa cemas kehilangan pekerjaan, kondisi pasar kerja yang melemah, serta tekanan finansial membuat banyak orang menganggap bertahan adalah pilihan paling aman.
1. Stres meningkat
Karyawan yang terjebak dalam job hugging sering merasakan tekanan lebih besar. Hal ini berpengaruh pada suasana hati dan perilaku sehari-hari, bahkan bisa mengganggu dinamika tim.
2. Performa berubah
Alih-alih mengerjakan hal penting, karyawan lebih menonjolkan bagian pekerjaan yang mereka kuasai. Tujuannya untuk terlihat kompeten, tetapi seringkali mengabaikan tugas krusial bagi tim.
3. Terlalu banyak membantu di luar peran
Ada pekerja yang antusias mengambil tugas tambahan di luar tanggung jawabnya. Meski terlihat positif, hal ini bisa berdampak negatif jika tugas utama mereka justru terbengkalai.
4. Bertahan di posisi yang tidak sesuai
Beberapa karyawan sebenarnya sudah melampaui perannya, namun tetap bertahan karena takut menghadapi pasar kerja. Kondisi ini membuat mereka stagnan dan sulit berkembang.