Rupiah. Foto: dok MI.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan pagi ini akhirnya mengalami penguatan setelah beberapa hari terakhir terus melemah.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 13 Agustus 2025, rupiah hingga pukul 09.30 WIB berada di level Rp16.255 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 34,5 poin atau setara 0,21 persen dari Rp16.289,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.293 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.280 per USD hingga Rp16.330 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
AS-Tiongkok perpanjang gencatan senjata tarif
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah pada hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen perpanjangan gencatan senjata tarif yang AS dan Tiongkok selama 90 hari lagi, mencegah bea masuk tajam yang dapat mengganggu perdagangan.
Perjanjian ini mempertahankan tarif AS 30 persen dan Tiongkok 10 persen yang berlaku saat ini dan memberi waktu untuk negosiasi lebih lanjut, yang memberikan dorongan bagi sentimen investor di seluruh kawasan.
Selain itu, perundingan AS-Rusia tentang Ukraina menjadi fokus Trump dan Vladimir Putin, akan bertemu di Alaska pada Jumat untuk membahas diakhirinya perang di Ukraina.
Pertemuan itu terjadi setelah Trump mengancam akan memberlakukan pembatasan yang lebih ketat terhadap industri minyak Rusia, mengancam tarif perdagangan yang tinggi terhadap India dan Tiongkok, yang merupakan pembeli minyak terbesar Moskow.
"Trump menguraikan
tarif hingga 50% terhadap India, dan mengancam Tiongkok dengan langkah serupa. Pasokan minyak global dapat terhambat oleh upaya India dan Tiongkok untuk mencari sumber alternatif, meskipun kekhawatiran atas skenario tersebut mereda menjelang pertemuan pada Jumat," papar Ibrahim.
Ukraina telah mengisyaratkan akan menolak kesepakatan apa pun yang mengharuskannya menyerahkan wilayahnya kepada Rusia. Namun, deeskalasi konflik berpotensi membebaskan pengiriman minyak Rusia, yang pada gilirannya akan meningkatkan pasokan global.